PRESIDEN IR.JOKO WIDODO DALAM BAYANG-BAYANG/KETIAK MILITER INDONESIA
Oleh Dr. Socratez S.Yoman
1. Pendahuluan
Presiden RI ke-7, Ir. Joko Widodo adalah seorang pribadi yang memiliki magnanimitiy (kepribadian luhur) dan juga mempunyai integritas. Dengan kata lain, Presiden yang memiliki keluhuran budi dan ketulusan. Presiden yang murah menyebarkan senyum.
Jokowi dipilih dan didukung oleh rakyat Indonesia secara langsung dan demokratis. Ia mendapat legitimasi kepercayaan rakyat Indonesia. Jokowi juga mendapat legitimasi partai politik dan legitimasi hukum.
Berdasarkan legitimasi ini, Jokowi mempunyai otoritas sebagai Presiden. Jokowi ada kuasa dari rakyat, ada kuasa dari partai politik dan ada kuasa konstitusional.
2. Otoritas/Kuasa yang rapuh
Pak Jokowi memang ada banyak kelebihan dan keunggulan. Ia pribadi yang unik. Pak presiden Indonesia ini mempunyai kekuatan moral dan kekuatan kerendahan hati. Kekuatan legitimasi rakyat Indonesia.
Sayang, semua yang dimiliki ini dilemahkan dan dibuat rapuh oleh pihak aparat keamanan, terutama Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang membayanginya. Jokowi ditempatkan dalam ketiak TNI.
Aparat keamanan tidak mau boroknya dibuka. Aparat keamanan tidak rela kejahatannya dibongkar. Aparat tidak mau kelaliman dan kekejamannya ditelanjangi. Para penjahat-penjahat, pembunuh yang berwatak kriminal ini tidak mau disentuh hukum. Aparat keamanan kebal hukum dan selalu berlindung dibawah sombar Patung Firaun Moderen NKRI harga hati. Mereka berlindung dibalik TNI sebagai pagar Negara.
Memang Indonesia hadir dengan wajah kekerasan dan kelaliman militer ketika West Papua diduduki dan dijajah. Indonesia menduduki dan menjajah secara ilegal, maka perilakunya pun ilegal.
Kejahatan Negara terhadap rakyat dan bangsa West Papua itu dianggap biasa. Karena misi Indonesia ialah MEMUSNAHKAN bangsa West Papua. Dari banyak kasus kejahatan tidak pernah diselesaikan satu kasuspun. Memang watak para kolonial sangat biadab dan kejam.
3. TNI/Polri Memelihara Luka Membusuk Dalam Tubuh bangsa Indonesia
Kembali penulis ingatkan teguran Prof Dr. Franz Magnis kepada aparat keamanan Indonesia.
"Situasi di Papua adalah buruk, tidak normal, tidak beradab, dan memalukan, karena itu tertutup bagi media asing. Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia." (hal.255).
"...kita akan ditelanjangi di depan dunia beradap sebagai bangsa yang biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua, meski tidak dipakai senjata tajam." (2015:257).
Prof Franz Magnis menggambarkan & melukiskan wajah dan watak penjajah Indonesia di West Papua dengan mata hati & mata iman yang amat tepat & sempurna, yaitu:
3.1. Situasi Papua buruk;
3.2. Situasi Papua tidak normal;
3.3. Situasi Papua tidak beradab;
3.4. Situasi Papua memalukan;
3.5. Situasi Papua tertutup bagi media asing;
3.6. Situasi Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia;
3.7. Indonesia bangsa biadab;
3.8. Indonesia bangsa pembunuh orang-orang Papua.
Kesimpulan sangat menarik dari Prof Magnis ialah " Indonesia bangsa pembunuh orang-orang Papua, meski tidak dipakai senjata tajam."
Kapan bangsa Indonesia menyembuhkan luka-luka membusuk seperti kasus Biak berdarah 1998, Mapnduma 1999, Abepura berdarah 7 Desember 2000, Wasior 2001, Wamena 2003, Kasus Oktober Lapangan Zakeus Padang Bulan 2011, kasus penembakan 4 siswa di Paniai 8 Desember 2014? Masih banyak lagi yang kita tahu.
4. Kesimpulan
Presiden RI, Ir. Jokowi ada legitimasi kuat dari rakyat Indonesia. Sayangnya, aparat keamanan Indonesia membuat rapuh dan tidak berdaya untuk menyelesaikan kasus-kasus kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Negara selama ini.
Sepanjang dan selama militer membayangi Ir. Joko Widodo, kasus-kasus di West Papua adalah luka-luka membusuk dalam tubuh Indonesia tidak akan pernah diselesaikan.
Kecuali, pak Ir. Jokowi, diberikan ruang untuk bebas bekerja berdasarkan kuasa dan hati nuraninya, beberapa kasus di West Papua bisa diselesaikan.
Waa
IWP, Sabtu, 1252018; 08:53
-------------
Ilustrasi gambar sumber google