Kronologis penembakan terhadap mahasiswa lani jaya di Jayapura - West Papua.






WEST PAPUA---Kira2 jam 11 malam penghuni asrama atas nama merianus yigibalom karena lapar pergi ke asrama mimika kerena disitu ada warung makan , setelah makan dia kembali pulang dia sendiri jadi pas pertigaan jalan naik ke asrama lannyjaya ada dua laki-laki dan dia tidak kenal , satu orang pegang parang dan satu lagi bertanya kepada merianus ," ko dari mana?? , Jawab merianus saya dari sini , dan satu orang yang penggang parang bilang " ko kasih tinggal motor atau anda hilang nyawa" Adik Marianus tidak terima tapi kerena mereka terancam dengan parang ,dia lalu lepas kunci motor dan motor mereka dua tanah dan dia lari ke asrama lannyjaya .
- kira-kita jam Serengan dua belas ,setelah merius cerita kejadian penghadangan tadi kemudian bersama teman-teman penghuni asrama lannyjaya turun kebawah tapi pelaku dua orang itu sudah lari dari tempat kejadian ,kemudian masa dari penghuni asrama cari keluar ke jalan raya perumnas 3.
- masa dari asrama lannyjaya kemudian ketemu satu orang dan dicurigai sebagai pelaku penghadang tadi dan masa menahan dan memukul dia dan menanyakan nama dan dia sebut marga Enembe (saksi lupa nama), masa minta dia untuk menunjukan motor serta satu temannya lagi tapi tiba-tiba dari arah perumnas 3 ada 8 orang yang mau bantu teman enambe tapi karena jumlah masa dari asrama lannyjaya banyak ,kedelapan orang itu lari enam orang lari terus dan dua orang lari menyelamatkan diri di pos polisi perumnas 3.
-Masa menuju pos polisi dan minta agar yang diduga pelaku yang berlindung di pos polisi untuk segeralah dikeluarkan agar masa bisa memukulnya, tapi karena polisi tidak respon permintaan masa akhir masa marah dan mulai lempar batu ke arah pos polisi kurang lebih 5 menit dari situ ada bunyi tembakan peringatan dua kali akhirnya mahasiswa menahan diri dan semua duduk di satu tempat , kira-kira sampai hampir satu jam lebih masa menunggu respon polisi untuk penanganan motor dan yang pelaku pencuri motor ini prosesnya seperti apa? Itu Kira-kira jam 12 malam.
dan masa pada saat itu bersama2 Pak RT dari rusunawa, sewaktu pak RT tanya" adik-adik kepada?"masa menceritakan semua persoalan tersebut kepada pak RT setelah mendengarkan penjelasan masa tersebut pak RT berkomunikasi kepada pihak kepolisian yang berjaga di pos polisi tetapi pihak kepolisian tidak terima ,Setelah bernegosiasi dengan pihak polisi pak RT kembali dan mengatakan kepada masa untuk membubarkan diri karena sudah larut malam,Dan petugas polisi yang berjaga mulai marah dan mengatakan " kenapa bikin kacau di pos ini, mulai memaki masa dari asrama lanijaya dengan makian " anjing,babi,goblok dan lain.
Jam 12 itu polisi yang berjaga di pos polisi perumnas 3 berkomunikasi dengan polresta kota Jayapura 
beberapa menit kemudian datang kepolisian dengan menggunakan dalmas dan bersejatah lengkap mendatangi masa 
Kejadian kedua itu polisi sudah tembak sembarang ada yang keatas ada yang ke arah masa yang lari
- setelah itu kira-kira jam 1 subur
Sewaktu dalmas datang dari arah Abe polisi tidak membunyikan sirene tapi sewaktu menuju masa di perempatan ( putaran taksi perumnas 3) baru mereka membunyikan sirene dan menuju masa dalam kecepatan tinggi ke arah masa yang sedang duduk
polisi mengelilingi masa yang duduk dalam lingkaran karena situasi mulai memanas masa mulai bubar melarikan diri ada yang ke arah uncen ada yang masuk ke arah kompleks perumnas 3 dalam itu kira-kira jam 1 subuh
- Saya posisi lari ke atas yang ke arah perumnas 3 dalam saya tidak tau , sementara pada saat posisi lari ketakutan ada satu teman yang kena tembakan peluruh aparat di sebelah kanan saya balik dan bantu teman yang kena tembak
- yang arah lari ke kamwolker ini dapat tembakan dari belakang dan yang dapat tangkap di tempat masa duduk bentuk lingkaran itu kurang lebih 8 orang
- sebelumya kira- kira jam 12 itu ada korban atas nama Asmel dari masa asrama lanijaya yang menjadi korban dari pemukulan polisi yang bertugas di pos polisi perumnas 3 sewaktu masa mengamuk lempar batu ke pos polisi ada satu teman ini yang dapat tangkap bawah masuk pos baru dapat pukul akibatnya teman mengalami luka di kepala ,
Setelah teman -taman minta untuk dilepas polisi lepas dan ada 6 teman yang melarikan dia ke rumah sakit Dian harapan tapi polisi kemudian 5 orang yang mengantar ini ditangkap oleh kepolisian di rumah sakit Dian harapan dan satu orang ditangkap lagi pada saat membeli obat di apotek yang terletak dekat rumah sakit mereka ditangkap dan diangkut menggunakan mobil dalmas
Jadi yang dapat tahan dari tempat kejadian 8 dan di rumah sakit 5 jumlah : 13 orang 
-++++++++++++++++++++++++++
Situasi pengurus asrama mengunjungi 13 kawan di polresta Jayapura
-----------------------
Amos Wenda pengurus asrama jawbatan sekretaris
- kami pengurus rasa kesal karena ketidak adilan dari polisi yang berkelakuan tidak pri-kemanusiaan yang sudah menembak teman-teman penghuni asrama putra lanijaya sampai ada yang terluka 
Dan juga teman kami dipukul sampai kepalanya luka parah ,itu sempat mendapatkan perawatan medis di jahit di rumah sakit Abe,tapi tidak lama kemudian polisi datang dan menangkap dia bawah dengan dalmas ke polresta sebab itu kami pengurus asrama tidak terima dengan perilaku aparat kepolisian seperti itu
- sekitar jam 11.30 ,hari ini kami cek ke Polresta untuk lihat 14 teman yang dapat tahan , sewaktu kami cek di polresta Jayapura teman-teman semua sementara lagi di interogasi dan kami sempat masuk di ruangan tempat interogasi dan teman kami yang terluka dia sudah rasa sakit sekali tapi dia dipaksa untuk interograsi
Kami sempat manyampaikan masukan kepada pihak kepolisian polresta kota Jayapura agar interogasinya lebih sedikit baik pertimbangannya karena ada juga adik-adik kami yang baru dari pedalaman mereka kesini dan belum tau dengan situasi kondisi di Jayapura agar mereka tidak trauma tapi hal itu tidak diterima oleh pihak kepolisian dan mereka memaksa kita untuk keluar dari kantor Polresta kota Jayapura ,lalu kami keluar dari kantor Polresta tapi teman-teman kami masih lanjut di interogasi akhirnya kami pulang ke asrama untuk ketemuan teman - teman asrama yang sudah menunggu
- Mereka sudah ambil kita punya nomor tapi Sampai saat malam ini belum ada penjelasan dari polresta kota Jayapura terkait teman-teman yang di tahan sampai kapan proses interogasinya, kami akan menunggu sampai besok pagi sesuai waktu interogasi 1x24 jam dana kami akan melakukan langkah-langkah hukum sesuai aturan yang berlaku.
Saksi mata 
1. Urius yigibalom
2. Bujun yigibalom
3. Amos Wenda ( sekretaris asrama lannyjaya)
Nama - nama yang di tangkap sebagai berikut 
1.Nani Kotouki
2.Boka Wenda
3.Kalenus Wenda
4.Mell Wenda
5.Nerianus Kogoya
6.Agus Kossay
7.Habel Yigibalom
8.Alfreton Kogoya
9.Epris Yoman
10. Niles Kogoya
11.Asmel Yigibalom ( Koban pemukulan polisi)
12.Rizki Yigibalom
13.Rendi Wenda
Satu korban kena tembak
Yetron Kogoya / luka kembak di lengan kanan

Indonesia Langgar Hukum Kedaulatan Sesuai Asas UTI POSSIDETIS JURIS untuk Kasus Papua Barat

Salah Satu syarat utama dan mendasar bagi suatu bangsa untuk membentuk sebuah negara berdaulat adalah harus mempunyai wilayah yang jelas.

Berikutnya adalah memiliki warga negara dan sistem pemerintahan. Ada beberapa ahli tata negara menambahkan lagi yaitu atribut negara, pengakuan dan struktur organisasi yang lengkap.

Terkait dengan hukum wilayah, yang dimaksudkan adalah  untuk mendirikan suatu Negara Berdaulat. Tanah Papua sejak pemerintahan kolonial Eropa mulai menjejakan kaki, secara menyeluruh mulai dari timur sampai barat di kuasai oleh tiga Negara yakni Inggris, Jerman dan Belanda. Untuk kepentingan pengembangan perusahaan dagang ( VOC ) maka pemerintah Kolonial Belanda dalam suatu pertemuan bersama pemerintah kolonial Inggris Raya pada tahun 1848 menyepakati suatu batas wilayah yang membagi dua Pulau Papua ini menjadi Timur dan Barat. Batas itulah yang masih tetap berlaku untuk PNG dan Papua Barat sampai sekarang.
Setelah proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945, Indonesia dan Belanda memasuki tahapan negosiasi atau perundingan untuk Pengakuan dan Peralihan Pemerintahan dari kolonial Belanda kepada Negara Republik Indonesia. Linggar Jati gagal, Renvile gagal, KMB ( round table ) Den Haag Belanda tahun 1948, Indonesia mengikuti syarat Belanda Kolonial yakni Belanda Mengakui Bentuk dan Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Serikat ( RIS ) dengan catatan hanya mencakup wilayah adminstarasi pemerintahan Nedherland – Indisce atau pemerintah India Belanda yang mencakup Sabang sampai Amboina, masalah Papua Barat di tunda satu tahun kemudian.

Pada tahun 1950, Parlemen Belanda bersidang dan menetapkan status Papua Barat menjadi provinsi seberang lautan dengan gubernurnya sendiri yang lansung di bawah pemerintahan kerajaan Belanda. Pembahasan Papua Barat cukup alot sekitar penggunaan nama antara Nova Guinea dan Nedherland New Guinea. Sehingga terjadi voting maka, 2/3 suara mendukung Nedherland New Guinea. Dengan demikian maka, status Papua Barat secara administrasi dan hukum berdiri sendiri dari Nedherland – Indische.

Uti Possidetis secara etimologi merupakan bahasa Latin yang berarti“sebagai milik anda” (as you possess). Sehingga pemerintah kolonial Belanda memprogramkan suatu pendirian Negara Papua sebagai langkah awal HAK PENENTUAN NASIB SENDIRI. Sesuai, Pasal 1 Konvensi Montevideo thn. 1993 dinyatakan, bahwa Negara sebagai subjek dalam hukum internasional harus memiliki:
(a).Penduduk tetap; (b). Wilayah tertentu (internationally recognized boundary);
(c). Pemerintahan; dan (d). Kapasitas untuk melakukan hubungan internasional

Dengan demikian maka sudah jelas bahwa Indonesia memperluas wilayah kekuasaannya dengan menganeksasi wilayah kedaulatan Negara Papua yang merupakan bekas jajahan pemerintah Nedherland-New Guinea. ( Boy )

Artikel Hukum NFRPB@

Albertho Boikaway - Wakil Sek Neg FRPB
Sumber: Federal News
Versi English: Federal News

Disetujui 22 Paguyuban, IPMAPA Tidak Mengakui Keberadaan IKBPS

PERNYATAAN SIKAP
IKATAN PELAJAR DAN MAHASISWA PAPUA (IPMAPA) SE-SURABAYA
“IKBPS TIDAK MEWAKILI ASPIRASI PELAJAR DAN MAHASISWA PAPUA SURABAYA”

Organisasi IPMAPA (Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua Se-Surabaya) pertama kali berdiri di kota pahlawan sejak tahun 1977 hingga saat ini dan di dalamnya terdiri dari dua puluh dua paguyuban. IPMAPA adalah organisasi sosial yang ada di kota Surabaya yang resmi menaungi beberapa kabupaten di Papua dan Papua Barat. IPMAPA adalah organisasi resmi yang juga berada di Jawa dan Bali. Selain jadi wadah pemersatu, IPMAPA juga satu-satunya jalur kordinasi antara pemerintah daerah Papua denganIkatan pelajar dan mahasiswa Papua di Surabaya.
Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya (IKBPS) adalah organisasi yang di dalamnya mayoritas berisikan orang-orang Papua yang bekerja di pemerintah kota Surabaya baik sebagai PNS atau aparat kepolisian. Sehingga IKBPS bukan suatu Ikatan yang merangkul pelajar dan mahasiswa Papua. Pernyataan-pernyataan IKBPS yang beredar di media cetak maupun online mencerminkan bahwa mereka tidak mengetahui kondisi lapangan yang sebenarnya.

Dilansir dari theworldnews.net pihak IKBPS yang diwakili oleh Piter Rumasep juga menyebarkan berita yang menyesatkan dan menyudutkan kawan-kawan pelajar dan mahasiswa Papua di Surabaya. Mereka mengatakan bahwa ada 4 orang kawan kami yang menjadi provokator padahal kedudukan kami adalah korban dari perusakan dan pemukulan oleh ormas. Pihak kepolisian yang berada di lokasi kejadian sama sekali tidak berupaya untuk menghentikan perusakan dan pemukulan.

IKBPS melalui Piter Rumasep yang bekerja di bawah pemerintah kota Surabaya telah melakukan tindakan kriminalisasi terhadap kawan pro-dem dan memutarbalikkan fakta yang terjadi di lapangan. Kami sebagai saksi di lokasi kejadian tidak dimintai keterangan dan pernyataan-pernyataan IKBPS telah menyesatkan masyarakat.

Dengan ini kami IPMAPA Surabaya menyatakan bahwa:
1. IPMAPA tidak mengakui keberadaan IKPBS.
2. IPMAPA hanya satu-satunya wadah koordinasi Pelajar dan Mahasiswa Papua di Surabaya.
3. Mengecam segala tindakan kriminalisasi oleh IKBPS.
4. Menghimbau masyarakat secara luas agar tidak mempercayai atau terprovokasi oleh berita dalam bentuk apapun yang dikeluarkan oleh IKBPS.


Mengetahui,

BPH IPMAPA SURABAYA

      Ketua                                                                                             

(Yeheskiel Kogoya)

(Alfan A. Subarli)
Sekertaris


Menyetujui:
1. Paguyuban Jayawijaya Surabaya
2. Paguyuban Lani Jaya Surabaya
3. Paguyuban Lani Jaya Sidoarjo
4. Paguyuban Tolikara Surabaya
5. Paguyuban Mamberamo Tengah Surabaya
6. Paguyuban Yahukimo Surabaya
7. Paguyuban IPMANAPADODE Surabaya
8. Paguyuban Asmat Surabaya
9. Paguyuban Puncak Jaya Surabaya
10. Paguyuban Puncak Papua Surabaya
11. Paguyuban IPMAMI Surabaya
12. Paguyuban Manokwari Selatan Surabaya
13. Paguyuban Manokwari Raya Surabaya
14. Paguyuban Bintuni Surabaya
15. Paguyuban Kaimana Surabaya
16. Paguyuban Fak-Fak Surabaya
17. Paguyuban Intan Jaya Surabaya
18. Paguyuban Maibrat Surabaya
19. Paguyuban IPMABIS Surabaya
20. Paguyuban Sorong Selatan Surabaya
21. Paguyuban Yapen Waropen Surabaya
22. Paguyuban Serui Surabaya

Asean Games 30T, Pertemuan IMF-BANK DUNIA 810 M, Lombok 548 tewas hanya dikucurkan 38 M

NALAR PUBLIK TERCEDERAI:
Asean Games 30T, Pertemuan  IMF-BANK DUNIA 810 M, Lombok 548 tewas  hanya  dikucurkan  38 M

Oleh: Natalius Pigai

Gempa yang mengguncang Lombok meluluhlantakkan infrastruktur vital, menghancurkan ribuan rumah/gedung. Jumlah korban tewas mencapai 548 jiwa. Aktivitas perekonomian dan pemerintahan macet. Belum lagi suasana kebatinan masyarakat. Meski sedemikian parah, pemerintah baru mengucurkan dana Rp38 miliar. Jumlah ini lebih kecil dari bantuan pemerintah untuk pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia  Oktober 2018 sebesar Rp810 miliar dan Asian Games Rp30 triliun. Hal ini dinilai tidak adil.

Adalah adanya bentuk ketidakadilan terkait anggaran untuk korban gempa di Lombok NTB yang hanya puluhan milar rupiah jika dibandingkan dengan bantuan pemrintahan untuk acara seremonial yang mencapai ratusan miliar rupiah adalah potret nyata dan ketidakpedulian Pemerintahan Jokowi saat ini. Hal ini semakin membuktikan pemerintah tidak adil terhadap orang-orang miskin dan korban bencana alam yang saat ini sedang menderita. Bahkan pemerintah cenderung meninabobokan orang-orang kaya dan kaum elit.

Potret ketidakpedulian terlihat dari distribusi anggaran dimana soal-soal ceremonial menghabiskan anggaran begitu fantastis, seperti pertemuan bank dunia mencapai Rp850 miliar dan  30 T untuk Asian Games yang diselenggarakan secara besar-besaran di atas penderitaan rakyat Indonesia.

Pemerintah  harus tahu bahwa bencana alam di Lombok telah menjadi perhatian dunia internasional, termasuk para atlet yang saat ini sedang berlaga di Asian Games.

Pemerintah tentu memastikan adanya pemenuhan kebutuhan hak asasi termasuk sandang, pangan dan papan untuk korban bencana alam. Upaya-upaya pemenuhan remedial bagi korban termasuk korban gempa di Lombok menjadi urgensif. Oleh karenanya rakyat pantas kecewa pada Jokowi yang harusnya secara jujur menyampaikan kepada peserta Asian Games bahwa bangsa Indonesia sedang dalam musibah. Hal itu dilakukan agar menimbulkan simpati dari atlet negara-negara lain. Tindakan seperti itu wajar sebab kita berada di milenium kemanusiaan dimana pilar-pilar HAM dan intervensi kemanusian telah menjadi nilai universal tiap negara.

Gempa NTB telah merusak segalanya termasuk korban nyawa yang tidak sedikit jumlahnya maka termasuk bencana besar sehingga  penanganannya harus diambil alih pemerintah pusat dengan managemen termasuk pendanaanya. Oleh karena itu sudah wajar jika pemrintah mengumumkan Bencana Nasional. Pernyataan bencana naaional tidak terpengaruh pada Lombok baik investasi dan destinasi wisata karena bencana alam ini sudah tentu diketahui oleh publik di seluruh dunia. Tidak ada alasan yang lebih kuat untuk menghindari tanggungjawab pemerintah  dengan alasan investasi dan pendapatan dari sektor pariwisata selain empati Kemanusian.

Peristiwa Lombok adalah peristiwa kemanusian dengan kerugian yang diterima sesuai rilis BMKG maka kerugian lebih dari Rp7 triliun Sementara pemerintah hanya membantu  Rp38miliar.

Berpedoman pada  pengalaman gempa Aceh, Yogyakarta dan lainnya idealnya sudah punya pengalaman cukup untuk bekerja secara sistemik, terkordinasi, cepat, tepat dan maksimal. Baik pada fase darurat paska gempa, fase rehabilitasi dan recovery semua aspek kehidupan sosial ekonomi dan infrastruktur masyarakat.

Hari ini nalar publik tercederai dengan kebijakan darurat penanganan gempa Lombok di tangan Jokowi yang mengecilkan suasana kebatinan masyarakat Lombok yang sedang sedih. Memang ironi di negeri kemanusiaan yang adil dan beradab.

Natalius Pigai, Aktivis Kemanusiaan

Nilai Rakyat Dimata Penguasa Pemeritah dan TNI

WEST PAPUA:

NILAI RAKYAT WEST PAPUA & NILAI RAKYAT INDONESIA DI MATA PENGUASA PEMERINTAH & TENTARA NASIONAL INDONESIA

Oleh Dr. Socratez S.Yoman

1. Pendahuluan

Sebelum penulis menjelaskan topik artikel ini, penulis berusaha membuka sedikit wawasan untuk memahami pergerakan-pergerakan yang aneh tapi nyata di West Papua. Sekitar tahun 1970-an, saya mempunyai kebanggaan tersendiri dengan gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Tetapi sejak tahun 1990-an sampai sekarang, kebanggaan terhadap OPM itu berkurang, bahkan rasa "lucu" mendengar nama OPM. Merasa lucu karena penulis tahu, ada OPM yang dipelihra oleh TNI/Polri di seluruh Tanah West Papua ini.

Tujuannya supaya wilayah West Papua dari Sorong-Merauke tetap dipelihara dan dikelola sebagai wilayah konflik. Timor Leste telah merdeka dan GAM di Aceh sudah berdamai dengan Indonesia melalui Perjanjian Helzinki. Kedua wilayah ini tidak ada peluang untuk aparat keamanan naik pangkat, mengisi kantong kosong (uang nyamuk) dan penambahan/rotasi kekuatan militer.
Peristiwa sekitar tahun 1995, penculikan dan penyanderaan dua siswa SMA di Arso, Marawija dan Siti Nursila?? yang di tahan di Sungai Bewani hampir 6 bulan lebih ialah kerjanya OPM yang dipelihara. Kesan penulis, itu kerjanya Kopassus. Peristiwa ini menjadi berita Nasional setiap hari. Waktu 6 bulan adalah kesempatan yang cukup untuk terbangun opini pembenaran bahwa di West Papua ada kejahatan OPM. Aparat keamanan sudah berhasil membangun berita kebohongan dalam opini publik rakyat Indonesia.

Pada 16 Agustus 2004, pimpinan Dansatgas BAN-II/Koppasus, Letkol Inf. Yogi Gunawan menembak mati Pendeta Elisa Tabuni di Tingginamhut, Puncak Jaya. Ini peristiwa pertama aparat keamanan memulai Proyek Kekerasan Militer di Puncak Jaya.

Sejak 16 Agustus sampai Oktober 2004, berita penembakan ini dipublikasi lewat Cenderawasih Pos tiap hari, berita di halaman depan, bahwa yang menembak mati Pdt. Elisa Tabuni ialah OPM pimpinan Goliat Tabuni.

Opini kebohongan publik dari aparat keamanan (TNI) selama 4 bulan telah terbangun di West Papua dan juga di Indonesia bahwa di Puncak Jaya ada pemimpin OPM yang bernama Goliat Tabuni.

Untuk memastikan itu, penulis terbang ke Mulia, Puncak Jaya pada 21 Oktober 2004. Penulis mengadakan pertemuan dengan bupati Eliezer Renmaur, Elvis Tabuni sebagai wakil Ketua DPRD, Letkol Inf. Yogi Gunawan, Victor Tobing (maaf pangkat belum tahu) dan tokoh gereja, adat dan juga hadir sejumlah anggota TNI/Polri. Pertemuan ini berlangsung di Mulia Inn.

Pak Yogi Gunawan sampaikan: "Pak Socratez, yang membunuh pendeta Elisa Tabuni adalah OPM, pasukannya Goliat Tabuni."

Penulis langsung jawab: " Pak Yogi, maaf, yang membunuh pendeta Elisa Tabuni adalah aparat keamanan, yaitu Kopassus, saya punya bukti kuat."

Setelah aparat keamanan berhasil menciptakan situasi tidak aman dan teror terbuka dalam masyarakat, mereka minta dana pengamanan sebesar Rp 760 juta pada 15 Oktober 2004 dan Rp 500juta pada 16 Oktober dan 750juta pada 17 Oktober dan Total 2 Milyar 10juta.

Ini gambaran penulis sajikan kepada para pembaca supaya konflik berkepanjangan di Puncak Jaya dan di seluruh West Papua ialah konflik yang ciptakan dan dipelihara. Wilayah konflik menjadi jastifikasi (pembenaran) untuk operasi-operasi militer dan teror terhadap rakyat dan bangsa West Papua. Tulisan singkat ini cukup jelas memberikan cahaya sedikit untuk mengetahui siapa aktor kekerasan dan konflik sebenarnya di West Papua.

2. Nilai bangsa West Papua dan Bangsa Indonesia

Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen George E.Supit memerintahkan operasi militer di Puncak Jaya untuk mengejar OPM atas tewasnya anggota TNI Letda Inf. Amran Blegur Komandan Pos TNI Satgas Pamrahwan Tingginambut dan anggota TNI Pratu Freddy.

Kami sama-sama tidak setuju dengan kekerasan dan mengutuk orang yang menghilangkan nyawa anggota TNI/Polri dan nyawa rakyat sipil. Menghilangkan nyawa manusia merupakan tindakan biadab.

Sesuai apa yang diyakini penulis, bahwa yang lebih adil, manusiawi, bermartabat dan lebih damai, apabila Saudara Pangdam XVII Cenderwasih, Mayjen George E. Supit memerintahkan menangkap, mengadili, menghukum dan memecat anggota TNI yang menembak mati 4 siswa di Paniai pada 8 Desember 2014.

Pada 20 Agustus 2018, di depan Allah, di depan rakyat dan bangsa West Papua, di depan rakyat dan bangsa Indonesia dan komunitas Internasional telah diumumkan bahwa pemerintah Republik Indonesi dan Tentara Nasional Indonesia memposisikan rakyat dan bangsa West Papua tidak ada nilainya, kalau ditembak mati oleh anggota TNI/Polri tidak perlu diurus. Bila perlu rakyat dan bangsa West Papua dimusnahkan.

Sebaliknya, kalau ada rakyat Indonesia, anggota TNI yang ditembak mati oleh (OPM?), anggota OPM? itu harus dikejar & ditembak mati karena rakyat Indonesia lebih bernilai.

Penulis sebagai Gembala umat akan percaya kepada Pemerintah dan TNI kalau penembak 4 siswa di Paniai pada 8 Desember 2014 & seluruh kasus pelaggaran HAM lain juga diselesaikan dan para pelaku di hukum dan dipecat. Tapi, sulit juga karena penculik dan pembunuh Theodorus (Theys) Hiyo Eluay, pak Hartomo sudah dipromosikan Kepala BAIS.

Rekonsiliasi dan perdamaian sejati tidak dapat diperoleh secara gampangan/murahan, melainkan hanya atas dasar kebenaran, kasih yang tulus, kejujuran dan keadilan.

AMIN & BENAR apa yang ditulis Franz Magnis-Suseno, "...cita-cita ABRI sebagai pelindung hidup bersama yang beradab, hancur" (hal..14). "Tidak disangkal lagi bahwa di Timor Timur telah terjadi pelanggaran hak-hak asasi manusia dan kekejaman luar biasa" (hal. 17). "...Yang bertanggungjawab atas genosida di Timor Timur ini maupun atas kehancuran kehormatan Indonesia di mata dunia Internasional adalah TNI" (hal. 33). (Sumber: Berebut Jiwa Bangsa, 2007).

Seperti keadaan di Timor Timur dulu, sekarang wajah yang sama ada di West Papua karena pemerintah militer yang sama.

Semoga berguna.

Ita Wakhu Purom, 21/08/2018;16:48PM

Bintang Kejora Tidak Ada Dalam Benang Merah Putihnya Indonesia

Kali ini saya ingin bercerita, mengingat kembali apa yang saya perbincangkan dengan seorang teman beberapa hari lalu. Karena, selain mengingatnya, juga ada sebuah pertanyaan dari sepenggal cerita yang berkaitan dengan ‘merah putihnya Indonesia dan bintang kejoranya Papua’. Dua penggal kalimat yang punya sejarah panjang . Cerita tersebut akan saya kutip lengkap dengan pertanyaannya:

Teman saya itu mengaku seorang nasionalis tulen, tapi bukan gadungan bukan pula KW. Mendaku sebagai nasionalis sosialis, ala PNI sayap kiri sebelum di tumpas bersama kelompok kiri waktu 1965. Kalau duduk bersama dengan dia, selalu ada gelak tawa kala bercengkrama. Beberapa hari kemarin, saya bertemu dengannya di jalan, diajaknya minum kopi di warung terdekat, kami pun mampir dan larut dalam cerita panjang kali lebar (kalau catat disini tidak mungkin muat, maaf ya). Karena sudah terlalu panjang ceritanya, dia lupa bagaimana melebarkan pembicaraan.

Di warung kopi yang kami kunjungi tersebut banyak juga penggemarnya. Kami berdua bercerita, mulai dari masa kecil-kecil dulu sampai masa putih abu-abu hingga pembahasan yang paling berat menurut saya, yaitu “revolusi”. Selain itu di tambah pula tentang Papua. Karena dia telah kenal saya sebagai orang yang turut mendukung papua, maka tidak jadi satu soal untuk bercerita dengannya soal Papua. Masalahnya, di Indonesia khususnya juga di Ternate, bicara terkait ‘papua, pelanggaran ham, kemerdekaan, dan bahkan revolusi’ akan membuat geram dan panas telinga aparat juga akan menganggap kita sebagai ancaman terhadap keutuhan Bangsa Indonesia.

Karena itulah saya langsung berbisik padanya "Bung, jangan terlalu kuat-kuat ya, kalau bicara Papua, di dalam sini mungkin ada intel, bisa-bisa kita di tangkap". Kami pun tertawa, lalu dia berkata dengan menatap tajam "mereka, yang ada disini, tidak mendengar juga tidak menghiraukan, karena mereka bukan nasionalis tulen seperti saya ini" kali ini saya yang tertawa sendiri, dia hanya tersenyum sambil menyuguhkan kopi yang baru di buat.

Saat meminum kopi matanya tertuju disaku tas saya, kain pengikat kepala bermotif bendera bintang kejora, dia mengambilnya lalu digenggam sambil sembunyikan lambang benderanya, tiba-tiba dia bertanya sambil melihat kain pengikat kepala itu "hari jumat depan kan, 17 agustus, hari kemerdekaan , bagaimana dengan Papua?" Saya diam. Dia melanjutkan dengan pertanyaan lain sambil ternyum; "apakah istri bung Karno, Fatmawati juga menjahit bendera bintang kejora?", saya kaget lalu tersenyum, mata saya melotot melihat kiri dan kanan, saya bisikkan padanya "jangan terlalu keras, bung". Dia pun tertawa sambil mengembalikan pengikat kepala itu di saku tas saya. Kami pun terdiam. Senyap.

Saya berfikir dalam hati, lalu menatap dia yang larut dalam kenikmatan kopi dan sebatang rokok. Bagaimana mungkin simbol yang dibanggakan rakyat Papua itu di jahit Fatmawati? bendera dengan aksen tujuh garis warna biru, enam garis warna putih horizontal, dan di sebelah kiri bergaris vertikal lebar berwarna merah, dan di tengannya terdapat bintang berwarna putih, tidak mungkin kulturalis indonesia. Bintang Kejora atau sapaan kemerdekaan papua sebagai “The Morning Star” itu tidak akan ada dalam benak seorang ibu Negara (1945-1967) dan istri ketiga Bung Karno untuk dijahitnya, karena tidak pernah melihat Papua memperjuangkan Bangsanya dan mendeklarasikan kemerdekaan pada 1 desember 1961 yang kemudian di aneksasi oleh Suaminya lewat pidato berkobar-kobar di alun-alun yogyakarta tersebut.

Pertanyaan demikian seakan mengabaikan fakta-fakta sejarah bangsa papua. Misalnya dalam buku The Morning Star in Papua Barat karya Nonie Sharp, mengatakan bahwa Bintang Fajar pada bendera Papua Barat adalah simbol gerakan Koreri, sebuah gerakan adat dan kultural dari sebuah suku. Tahun 1961, ketika perwakilan dari seluruh wilayah Papua Barat datang bersama-sama untuk memilih simbol identitas nasional, telah disepakati bahwa Bintang Fajar harus menjadi lambang bagi Papua Barat.

Juga akan membuat sakit hati Markus Wonggor Kaisiepo, seorang desainer yang menyempurnakan bendera itu, sehingga menjadi seperti yang bisa kita lihat sekarang ini.

Tapi sudahlah, itu hanya pertanyaan yang harus di jawab seadanya selayaknya teman lama, tanpa harus keluar masuk Perpustakaan, atau menjelajahi om google. Menjelang beberapa menit, saya menatapnya kembali dengan senyum. Saya langsung bilang begini; “Bung, bintang kejora tidak ada dalam benang merah putihnya Indoensia”.

**

Papua adalah sebuah bangsa yang juga punya hak dan impian untuk merdeka. Bebas dari kolonialisme, ingin hidup dan bisa menentukan nasib sendiri terlepas dari kepentingan bangsa penjajah. Papua tidak pernah mengenal merah putih, dan tidak pernah melihat merah putih. Mereka hanya mengenal bintang kejora atau “The Morning Star”. Pada waktu kemerdekaan Indonesia juga, saat di bacakannya proklamasi kemerdekaan, dan menyanyikan lagu Indonesia raya, tak seorangpun warga papua yang turut mendengar dan menyanyikannya, karena mereka masih di terjajah oleh belanda.

Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 agustus 1945 begitu pula dengan Papua pada 1 desember 1961. Di tahun kemerdekaan yang berbeda tersebut, Papua juga mempunyai manifesto politik sama seperti Indonesia. Papua dengan nama Negara Papua Barat, dengan lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" seperti Indonesia “Indoensia Raya” juga mempunyai bendera Negara “Bintang Kejora” sama halnya dengan Indonesia “Merah Putih”. Kalau Indonesia dengan lambang Garuda dengan semboyang “Bhinneka Tunggal Ika” Papua pun demikian adalah Burung Mambruk dengan semboyan “One People One Soul”.

Alasan pencaplokan oleh Soekarno atas Papua telah membunuh ratusan bahkan ribuan nyawa rakyat Papua. Menggagalkan kemerdekaan Papua juga berarti merampas hak hidup rakyat Papua. Konferensi Meja Bundar, New York Agreement yang mendasari Act of Free Choice, Roma Agreement dan lain-lainnya merupakan pelecehan hak penentuan nasib sendiri yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan Belanda.

Itulah mengapa bintang kejora atau “The Morning Star” adalah alasan kuat pejuang dan rakyat Papua sampai detik ini. Bintang Kejora terus menjadi simbol kekuatan pembebasan orang-orang Papua. Tak sedikit yang rela berkorban hidup demi berkibarnya bendera itu. Sampai saatnya, bintang kejora akan utuh dan tak lagi di gilas merah putih.

"Merdekalah Bangsa West Papua, Berkibarlah Bintang Kejora, sampai tak ada lagi nyawa tergeletak diatas bumi Malenesia"

Ajun Thanjer
(pemuda indonesia ,sekaligus aktivis FRONT RAKYAT INDONESIA UNTUK WEST PAPUA )

#SelamatHariUlangTahunBangsaIndonesia yang ke-73

Ferry Kombo: Kita Tetap Pada Pendirian Kita

Numbay - Seperti diberitakan sebelumnya telah terjadi penangkapan kepada ketua bem (Presma) oleh pihak aparat indonesia. Penangkapan ini terkait dengan nyanyian papua dan gelang motif kejora pada kegiatan ospek kampus Uncen. 

Melalui akun facebooknya Ferry Kombo menyampaikan  kepada semua kalangan yang telah membantu dan berharap agar tidak terlalu mempersoalkan surat pernyataan yang dibuat itu.

Berikut isinya :

Syalom.
Hidup Mahasiswa.
Hidup Uncen.
Hidup Aktivis di seluruh tanah air.

Kepada seluruh masyarakat papua dan seluruh aktivis dan mahasiswa papua.

Saya secara pribadi sampaikan Puji dan Syukur Kepada Tuhan yang maha kuasa dan seluruh masyarakat, aktivis dan mahasiswa papua yang memberikan dukungan doa agar sya di bebaskan dari penculikan yang di lakukan aparat kepolisian kepada saya pada tanggal, 16 Agustus 2018. pkl 16.00 Wp di rumah sakit dian harapan waena.
Saya di bebaskan setelah interogasi/pemeriksaan. pada pkl 11.30 Wp (malam) di kapolres jayapura.

Dalam Kesempatan ini banyak teman2 yang mempersoalkan surat Pernyataan yang kami tanda tangan.

Saya mau sampaikan bahwa teman2 kita tetap pada pendirian kita. jangan karena hanya lembaran sepanggal surat itu kita lemah, tetap kita pada pendirian yang jelas. Maju dan mundur, Berjuang dan Tidak, Semua ada pada kita masing-masing.

Tetap pada pendirian Pribadi.

Akhir kata, Yudas itu selalu ada di sekitar kita maka, jaga dirilah dengan baik agar hidup Kita tetap umur panjang.

By. Fery Kombo
BEM UNCEN

Salam
Hidup mahasiswa.
Hidup Uncen