Setelah bangsa-bangsa di bumi cukup jauh menjelajah dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, orang Papua barulah terbangun dari tidur dalam sejarah yang panjang untuk mengenal peradaban maju. Berulangkali para penjelajah laut telah mengunjungi Papua, tetapi orang Papua tidak bergeming, melainkan berada dalam kesunyian alamnya yang asli, tak tereksploitasi, namun kaya raya.
Walaupun demikian Bangsa Papua telah lama mengenal politik didalam praktek kehidupannya, dimulai sejak kehidupan Bangsa Papua itu ada dimuka bumi lewat kebiasaan dalam tiap suku; yang berjumlah 250 suku lebih dan tersebar di seluruh tanah papua yang membuat semakin sulit mamahami satu sama lain sesama suku yang di karenakan letak geografis di Papua yang begitu sulit untuk saling menjangkau juga keragamaan dalam bahasa.
Seiring pemahan politik yang semakin merata; membentuk orang papua dalam pihan-pilihan politik pada beberapa tipe dan mempengaruhi pandangan orang Papua dalam berpolitik. Kemajemukan bangsa Papua dan pilihan politik dipengaruhi oleh tingkat peradaban orang papua dari waktu kewaktu. Kita tidak dapat melihat orang Papua dalam suku-suku untuk menjadi kuat melainkan harus membentuk sistem perpolitikan dalam berbangsa guna, dapat melindungi hak setiap suku di papua.
Pengertian politik selalu dikonotasikan negatif oleh sejumlah pihak terutama orang awam (rakyat). Itu karena mereka selalu menonton televisi atau membaca koran dan melihat kegiatan politik adalah kegiatan yang kejam dan kotor. Sebenarnya bukan politiknya yang kotor atau kejam, tetapi pelaku politik tersebut yang menyalahgunakan kekuasaan politiknya, padahal menurut Aristoteles; Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
Dewan Papua (New Guinea Raad) adalah suatu tahapan kesempurnaan bangsa Papua mencapai suatu tingkat tertingi dalam perpolitikan di masa itu dan sekaligus mempengaruhi semua kehidupan perpolitikan Bangsa Papua secara keselurunan sampai dengan saat ini
Kita dapat menyimak dari serangkaian peristiwa bersejarah yang terjadi, antara lain; Indonesia dan kroni-kroninya mengikat Papua dengan Perjajian New York, dan Pepera 1969 sebagai hasil dari Indonesia dalam mencaplok Papua melalui kerjasamanya dengan PBB, Otonomi Papua Jilid Satu Tahun 1963 sebagai hadiah bagi propinsi Papua yang telah menjadi bagian dari Indonesia.
Disisi lain para pemimpin Bangsa Papua yang memperjuangkan hak politiknya sebagai bangsa yang merdeka tetap setia sesuai hasil Manifesto Politik 19 Oktober 1961, kemudian membacakan Proklamasi Negara Papua 1 juli 1971, sebagai dampak telah terjadi Pengungsian ratusan ribu orang Papua keluar negeri.
Situasi politik diindonesia juga mengalami perubahan pada masa kepemmpinan Soeharto. Hal ini berpengaruh dan membawa dampak yang sangat dirasakan dikalangan orang Papua. Yang berani untuk menuntut sudah pasti resikonya adalah penjara atau sudah pasti dibunuh. Peredaman aspirasi politik berlangsung hingga soeharto lengser pada medio 1998. Digantikan oleh presiden B.J Habibie yang kemudian menerima aspirasi melalui perwakilan Papua yaitu Tim 100 namun jawaban yang didapat, Pulang dan renungkan.
Lahirnya Presidium Dewan Papua (PDP) pada Kongres Papua Dua, membawa harapan baru bagi bangsa Papua, namun dengan cara yang tidak pantas pemimpin bangsa papua, Dortheys H. Eluay dibunuh. Inipun bagian dari meredam gejolak perlawanan rakyat Papua. Sebagai upaya ambil hati pemerintah Indonesia memberikan tawaran pengganti kemerdekaan yaitu Otonomi Khusus, lagi-lagi ini berjalan tidak maksimal dan sesuai, aksi demi aksi menolak segala kebijakan dari pusat namun tetap dipaksakan, dari kalangan cendekiawan pemerhati membentuk Jaringan Damai Papua (JDP) yang memperjuangkan Dialog antara Pemerintah Indonesia dan Rakyat Papua, namun inipun masih mengalami kendala dan hingga kini belum direspon dengan baik oleh Indonesia, malah sebaliknya dimasa presiden Susilo Bambang Yodhoyono dibentuk lagi Unit Pecepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B), kemudian terjadi Pemekaran, kota, kabupaten, provinsi di Papua.
West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL), West Papua National Authority (WPNA) West Papua National Parliament ( PNWP), Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Front Nasional Mahasiswa Pemuda Papua (FNMPP), Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) adalah beberapa organanisasi yang dibentuk untuk memperjuangkan Hak Politik Bangsa Papua.
Kongres Papua Tiga yang gelar pada Oktober 2011 telah menghasilkan Negara Federal Republik Papua Barat (NRFPB) sebagai Pemulihan dari Kemerdekaan bangsa Papua sesuai dengan manifesto Papua 19 Oktober 1961. Namun cengkraman Indonesia masih begitu kuat terasa, politik adu domba hasil turunan dari penjajah Belanda telah dipakai pula untuk mematahkan persatuan dan kesatuan bangsa Papua dalam memperjuangkan kemerdekaannya.
Beberapa perkembangan politik lain menunjukan bahwa ada sikap apatis terhadap pembacaan politik dari situasi yang ada diindonesia mengakibatkan orang Papua kadang mengalami dampak perpolitikannya. Kebijakan yang tidak tepat dan sesuai, selain itu adanya beberapa kepentingan yang dibawa ke Jakarta. Hal ini bisa kita lihat pada upaya-upaya beberapa pihak yang mengatasnamakan rakyat kemudian ke Jakarta untuk meminta pemekaran propinsi, kabupaten bahkan distrik, tanpa melihat dari dampak buruknya ketika jumlah kaum luar pencari kerja yang berbondong-bondong masuk ke wilayah baru dan mengabaikan hak-hak rakyat setempat.
Disisi lain usaha bangsa Papua untuk masuk dan bergabung didalam rumpun Melanesia di MSG pun masih mengalami berbagai hambatan, yang mengakibatkan aplikasi yang didaftarkan sebelumnya ditolak.
Pertemuan selanjutnya yang didukung penuh oleh Pemerintah Republik Vanuatu pada awal Desember 2014 telah melahirkan sebuah Badan Politik Nasional. Badan ini mereka namai, "The Unitied Liberation Movement for West Papua (ULMWP)" atau dalam bahasa Indonesia disebut "Persatuan Pergerakan Pembebasan untuk Papua Barat." kesemuanya ini merupakan proses politik guna memajukan kehidupan bangsa Papua untuk sejajar dengan bangsa bangsa lain di muka bumi
Sebagai bagian dari bangsa Papua, kita adalah kaum terpelajar, mahasiswa Papua yang berada jauh dan menempuh pendidikan di luar Papua kita tidak dapat menutup mata dengan semua hal yang terjadi terhadap Bangsa kita, karena kita adalah generasi penerus yang bertanggung jawab untuk generasi selanjutnya.
Seorang Goliath Tabuni bersama anak buahnya, bertahan didalam rimba Papua tanpa merasakan kehidupan perkotaan dan jauh dari kehidupan dikota, seperti kita berani dan rela memanggul senjata untuk mempertahankan Hak Politiknya. Herman Wainggai dengan perahu dari utara Papua, Serui ke Selatan Papua, Merauke; telah berani untuk melewati laut menuju ke Australia bersama 43 orang pencari suaka untuk memberitahukan pada dunia tentang Hak Politik Bangsa Papua. Ribuan rakyat Papua yang masih hidup didalam kamp-kamp pengungsian di Papua Nugini, hanya karena perjuangan ini, mereka rela tinggalkan tanah airnya, bahkan beberapa dari keluarga kita yang terpaksa harus hidup dinegara lain, hidup disana, ditanah orang hingga kini, terpendam rindu pada sanak saudara, namun batasan negara yang pisahkan, apakah kita harus terus bertahan didalam situasi seperti ini ? Sudah sepantasnya Bangsa Kita setara dengan bangsa merdeka yang lain.
Masih banyak tokoh-tokoh Papua yang penuh inspirasi yang pantas kita teladani, masih banyak kisah-kisah perjuangan, langkah-langkah politik anak bangsa papua yang patut kita acungi jempol dan kita bawa didalam setiap langkah perjuangan.
Tembok China yang begitu kokoh, kejayaan Jepang dalam kekaisaran dalam ratusan dinasti, bangsa Eropa yang telah mengalami kemajuan teknologi dari alat alat produksi mobil, listrik, lampu, Candi Borobudur yang membuat kita heran, Alkitab dan Alquran yang di susun rapi dalam tulisan menyusun semua kisah yang bisa di mengerti oleh orang lain, siapakah kita sehinga kita masih ada dalam alam liar bukankah dunia ini bulat dan proses pembentukan sekaligus sama seperti bangsa-bangsa yang lain di muka bumi ini, ke semua ini menjadi tanda tanya bagi kita bangsa papua yang juga adalah manusia yang sama di muka bumi di ciptakan sama seperti bangsa-bangsa lain.
“Secara ideologi kita semakin jauh meninggalkan jati diri sebagai bangsa. Kita terjajah oleh idelogi baru hedonisme dan kapitalisme yang membuat generasi muda lebih senang berdiskusi tentang gadget terbaru ketimbang masa depan bangsa Papua”
Oleh; Phaul Heger
10/01/2015
10/01/2015
*******10-01-15*******