Panglima Kodam XVII/Cenderawasih mengatakan dirinya ingin sekali bertemu dengan para “Jenderal” TPN/OPM yang selama ini berseberangan ideologi dengan negara, dengan tujuan ingin mendengar secara langsung apa yang menjadi aspirasi mereka.
“saya kemarin sampaikan ke Asintel, bisa tidak saya bicara dengan teman – teman yang berbeda ideologi itu, kaget Asintel, saya bilang nggak papa, saya tidak perlu membuat komitmen, saya hanya ingin mendengar aspirasi mereka, karena mereka adalah rakyat Indonesia, karena mereka tinggal di Indonesia, wajar kita berdemokrasi, kalau dia berseberangan, saya mau dengar, kenapa mereka seperti itu”, kata Mayjen (TNI) Fransen G. Siahaan kepada SULUH PAPUA, Kamis (18/12/2014) di Makodam XVII/Cenderawasih usai acara ramah tamah dengan insan pers.
Menurutnya selama ini ia selalu menegaskan kepada seluruh pasukanya untuk tidak selalu menggunakan pendekatan militeristik menghadapi saudara – saudara yang berbeda ideologi, karena mereka pada dasarnya juga memiliki hati, sehingga langkah – langkah persuasif dan pendekatan kekerabatan yang selalu ingin di kedepankan oleh Pangdam dalam meredam aspirasi papua merdeka tersebut.
“kita selalu persuasif, sebagai manusia kita pasti ada membangun hubungan komunikasi secara sosial, pasti ada itu”, kata Pangdam ketika di tanya apakah selama ini Kodam melakukan penggalangan dan pendekatan terhadap pemimpin (pentolan-Red) TPN/OPM yang masih aktif melakukan serangkaian gangguan keamanan maupun yang sudah vakum.
Mayjen (TNI) Franzen Siahaan menjelaskan bahwa selama ini pihaknya sudah banyak melakukan pola – pola pendekatan kepada masyarakat adat maupun agama untuk meluruskan “paham ideologi’ yang berbeda tersebut, namun ia mengakui memang tidak pernah di blow up ke media.
“memasuki 3 bulan masa tugas saya, beberapa pendekatan sudah saya lakukan, memang tidak kami ekspos, belum lama ini kita melakukan pendekatan dan penggalangan dengan sekitar 84 kepala suku di daerah Wamena”, kata Pangdam memaparkan strategi dan pola pendekatan yang ia gunakan selama ini.
Ia menjelaskan bahwa visinya selama menjabat sebagai Pangdam XVII/Cenderawasih adalah bagaimana prajurit menjadi kuat bersama rakyat, karena TNI tanpa rakyat tidak ada maknanya, karena hubungan antara TNI – rakyat ibarat ikan dengan air yang berada di dalam akuarium.
“Misi saya adalah bersama rakyat kita kuat, selalu saya tekankan ke prajurit, jadikan rakyat sebagai saudaramu, sehingga kalau mereka saudara tentunya kita akan merasa kehilangan juga bila ada sampai jatuh korban, makanya dalam setiap perbantuan TNI untuk memback up polisi apabila ada jatuh korban saya merasa bahwa misi saya itu hanya lip service”, kata Pangdam.
Untuk itu ia merasa perlu melakukan evaluasi kembali terkait mekanisme perbantuan TNI kepada Polri dalam setiap penanganan konflik, apalagi bila sampai jatuh korban dari rakyat.
“kita harus melakukan perubahan, selama 3 bulan ini saya jalan ke daerah – daerah, kemarin saya dari Manokwari, dan saya sudah diterima secara adat untuk bertugas di sini, saya selalu sampaikan bahwa TNI saat ini sudah melakukan perubahan utk menjadi pelayan rakyat dan bukan ingin di layani.
Franzen Siahaan meminjam istilah “mencuci kaki Kepala Suku” untuk pola pendekatan yang ingin ia terapkan ke depan di Papua, dimana pendekatan dan penggalangan intensif terus di lakukan dengan membangun komunikasi dan persuasif.
“apa yang di rintis oleh Pangdam sebelumnya yang merangkul tokoh agama, tokoh adat bagi saya adalah pola yang bagus dan harus di teruskan dan ditingkatkan, makanya kita mencoba masuk lebih dalam lagi”, kata Siahaan.
Namun ketika di konfirmasi terkait informasi yang diterima oleh SULUH PAPUA bahwasanya salah satu pentolan TPN/OPM di wilayah perbatasan Keerom, kabarnya sudah berhasil “dirangkul” oleh Satgas TNI dan 3 hari lalu sudah di boyong ke Jakarta, Pangdam membantah informasi tersebut.
“oh saya tidak tahu kegiatan itu, bukan program kami, dapat dari mana infonya”, tanyanya kembali.
Terkait niatan Pangdam yang ingin bertemu “pentolan” TPN/OPM tersebut, beberapa petinggi TPN/OPM yang coba di hubungi SULUH PAPUA semalam hingga berita ini di muat belum bisa dihubungi dan belum menjawab SMS yang di kirimkan oleh SULUH PAPUA.
Saat ini dari sekian banyak kelompok yang mengatasnamakan dirinya sebagai “pasukan” dari OPM, apakah TPN, TPN-PB dan TEPENAL, yang masih aktif melakukan serangkaian kegiatan adalah pasukan Puron Wenda dan Enden Wanimbo di daerah pegunungan Lanny Jaya.
Sedangkan pasukan Goliath Tabuni, setelah sekian lama “tiarap” baru beberapa pekan lalu kembali melakukan aksinya dengan mengklaim sebagai pelaku penembakan dan permpasan senjata dua anggota Brimob di Ilaga, Kabupaten Puncak.
Sedangkan beberapa “pentolan” TPN/OPM baik di wilayah Teluk Cenderawasih ataupun yang berada di perbatasan PNG, termasuk juga beberapa Komandan Kodap di wilayah Nabire dan sekitarnya setahun belakangan ini suaranya tidak terdengar lagi, dan kebanyakan mereka memilih upaya diplomasi keluar negeri untuk memperjuangkan ideologinya.