Menkeu AS Steven Mnuchin dan Ivanka Trump berdiri di dekat tulisan pada dingin yang berbunyi: Kedutaan Besar AS di Yerusalem pada peresmian pemindahan Kedutaan AS di sana, Senin (14/5/2018). |
Presiden Amerika Donald Trump mengabaikan tanggapan banyak negara di seluruh dunia Desember lalu yang menggagalkan kebijakan Amerika yang sudah lama untuk memindahkan kedutaan dari Tel Aviv, di mana sebagian besar negara masih mempunyai kedutaan di Israel.
Menantu Trump, Jared Kushner, seorang penasihat Gedung Putih dan turut dalam delegasi Amerika di upacara itu, mengatakan, “Sekalipun presiden-presiden Amerika sebelum Trump tidak memenuhi janji mereka untuk memindahkan kedutaan Amerika setelah memegang jabatan, presiden ini menepati janjinya. Karena kalau Presiden Trump memberi janji, ia tepati.”
Dalam pidatonya melalui video jarak jauh, Trump menyebut pemindahan kedutaan Amerika ke Yerusalem “sudah lama diusahakan – Yerusalem adalah ibu kota Israel.”
Pemimpin Amerika itu juga mengatakan bahwa Amerika Serikat “tetap mendukung persetujuan perdamaian abadi antara Israel dan Palestina”.
Para pemimpin Arab mengutuk tindakan Amerika itu, dan Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri menyebutnya “provokatif”, sementara Menteri Luar Negeri Iran menyebutnya sebagai “hari yang sangat memalukan.”
Protes menentang pembukaan kedutaan itu berkobar di Gaza. Ribuan demonstran berkumpul dan para pejabat kesehatan Gaza mengatakan paling sedikit 500 orang telah cedera, termasuk puluhan oleh tembakan senjata api. Jumlah orang Palestina yang tewas oleh pasukan Israel dalam 6 pekan berlangsungnya protes telah mencapai lebih dari 60 orang.
Para pengkritik telah menyalahkan pasukan Israel karena menggunakan peluru tajam, sementara Israel mengatakan tindakannya diperlukan untuk keamanan karena demonstran mengancam pagar perbatasan. [https://kliksatu.co.id]