SURABAYA – Kasus Polri versus KPK yang kian panas  memantik perhatian Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Presiden ke-6 RI itu  menilai Jokowi tidak tegas dalam menangani pertikaian antara Polri dan  KPK.
Topik tersebut menjadi pembicaraan hangat dalam pertemuan bersama seluruh kader Partai Demokrat di ballroom Grand City Minggu malam (8/2). Di hadapan ratusan kadernya, SBY  berusaha angkat bicara mengenai kasus Polri dan KPK yang tak kunjung  selesai.
| KONSOLIDASI: Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengumpulkan kader se-Jatim. (Dipta Wahyu/Jawa Pos) | 
Menurut ketua umum Demokrat tersebut, Presiden Jokowi sebenarnya  mengusulkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan (BG) sebagai Kapolri sebelum  yang bersangkutan ditetapkan sebagai tersangka. Tetapi, setelah usul  tersebut masuk DPR, baru BG ditetapkan sebagai tersangka. Bahkan, banyak  yang menyebut usul itu berdasar tekanan Ketua Umum PDIP Megawati  Soekarnoputri. ”Saat DPR menyetujui, justru yang menjadi korban adalah  Partai Demokrat,” ungkapnya saat membeberkan kondisi politik yang  terjadi di Indonesia di hadapan ratusan kader Demokrat kemarin.
Saat itu terjadi, publik marah dan menolak BG. Yang disesalkan adalah  Jokowi justru menunda pelantikan BG sebagai Kapolri, bukan mencabut  posisi tersebut. Itu sebabnya, Megawati marah lantaran BG tidak jadi  dilantik. Akhirnya terjadi aksi saling serang antara Polri dan KPK.  ”Masalah ini, kita semua tidak tahu mana yang salah mana yang benar,”  ujarnya disambut riuh tawa peserta.
Atas kejadian tersebut, rakyat marah kepada Polri. Sebagian  masyarakat juga tidak menyukai KPK. Presiden yang diharapkan bisa  berbuat banyak menangani kasus itu justru memilih status quo. Presiden pun dianggap ragu dan tidak tegas lantaran takut menghadapi Megawati serta ingin menjaga hubungan baik.
Bahkan, Jokowi sempat membentuk Tim 9 yang tidak formal itu untuk  mencari jalan keluar atas perseteruan Polri dengan KPK. Namun, faktanya,  tidak ada pengaruhnya. Keputusan Jokowi juga tidak ada. ”Rakyat makin  geregetan,” ujarnya.
SBY mengatakan, kasus Polri dan KPK pun meruncing. Hampir seluruh  komisioner KPK dijadikan tersangka. ”Situasi seperti itu jika dibiarkan  justru menjadi harap-harap cemas. Dan semakin berlarut serta tidak ada  kepastian,” tuturnya.
Bahkan, lanjut SBY, hiruk pikuk politik antara Polri dan KPK di  Indonesia sudah mendapat sorotan dari kantor berita di luar negeri.  Seperti di Prancis. Begitu juga, ketika dirinya bertemu dengan duta  besar internasional dua minggu terakhir ini, banyak pertanyaan muncul. ”Where is Presiden Jokowi?” katanya menirukan.
SBY menuturkan, dengan status quo tersebut, jika tidak  diselesaikan, Polri dan KPK akan terpecah. Polri tidak memiliki satuan  komando dan KPK tidak bisa bekerja memberantas korupsi.
Menurut SBY, harus ada solusi untuk menyelesaikan masalah antara  Polri dan KPK. Yaitu, Jokowi berani mengambil keputusan tegas dan tidak  takut kepada Megawati. Jokowi bertanggung jawab sebagai presiden dan  harus mandiri. Tidak didikte maupun ditekan siapa pun dan harus berani  bertanggung jawab atas keputusan yang diambil. ”Jokowi adalah presiden  kita. Bukan petugas partai,” tandasnya.
Presiden juga harus menonaktifkan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto  (BW) sesuai aturan. Demikian juga komisioner lain yang telah ditetapkan  sebagai tersangka. Menurut dia, sebaiknya dikeluarkan perppu untuk  aparat anggota baru KPK dan gunakan istilah pemerintah. ”Presiden harus  adil. Dulu saya saat menjabat presiden menyayangi kedua-duanya. Baik KPK  maupun Polri. Ini harus didukung dalam mengembangkan tugasnya,” jelas  SBY.
Selama ini Demokrat menahan diri dan wait and see terkait  polemik antara Polri dan KPK. Lalu pernyataan itu muncul pada 25 Januari  2015. Setiap kader Demokrat tidak boleh berkomentar sendiri-sendiri.  Para kader pun sangat disiplin mengikuti instruksi sang ketua umum.
Bahkan, SBY mengaku sempat dibujuk Jokowi untuk turun tangan  menangani kasus Polri dan KPK. Namun, dia menolak permintaan tersebut.  ”Saya bilang tidak. Nanti kalau ikut membantu, dikira ngerecokin dan ada yang marah,” ucapnya. (ayu/c9/end)
Sumber :Jawapos
 
