Pengibaran Bendera Israel di Papua

Jakarta - Ini tulisan yang amat sensitif tentang politik bangsa ini. Sesensitifnya menulis opini ini, namun demikian saya harus bersuara membantu membuka cara pandang rasional dan akal sehat. Tentu saya memposisikan dulu diri saya sebagai pembela toleransi, kemanusiaan, dan kebenaran.
Kembali ke intinya bahwa kasus pengibaran bendera Israel atau Bintang Daud bagi negeri ini sungguh-sungguh sensitif. Berbagai reaksi publik muncul menentang aksi ini. Ketika bendera Bintang Daud muncul, rakyat terbawa imajinasi dengan spektrum politik Timur Tengah antara Israel dan Palestina. Konflik terpolarisasi dalam dua kutub besar antara Israel sebagai negara dan agama Yahudi, dan juga Palestina, Bangsa Arab, dan agama Islam di pihak lain.

Bangsa ini telah lama tersandera dengan cara pandang kita yang selalu dihubungkan dengan polarisasi politik Palestina dan Israel tentu tidak menguntungkan bagi umat Nasrani karena ekspresi keyakinan mereka bisa dibungkam atau ditekan.

Bagi orang Papua, agama Kristen adalah napas hidup, keyakinan yang telah lama tertanam dalam kalbu, dan terus-menerus tumbuh dan kembang. Orang Papua dalam kehidupannya selalu diliputi oleh cara pandang mesianistik (mesianistic view), gerakan mesianistik (mesianistic movement) telah lahir, tumbuh, dan berkembang berabad-abad. Ada hikayat, mitologi, cerita-cerita yang berkembang di masyarakat Papua dan Melanesia adalah hampir menyerupai hikayat perjalanan bangsa Israel, dan hadirnya Yesus Kristus keturunan Daud membawa kebenaran, perdamaian, dan keadilan.

Banyak hikayat dan mitologi yang menggambarkan pandangan dan kehidupan mesias (Yesus) di Biak dengan cerita Koreri Syeben, di Paniai dengan cerita Koyeidana, di Wamena dengan cerita Nabelan dan Kabelan, di Merauke dengan A Ha Nim, dan lain sebagainya. Cerita-cerita menyerupai cerita bangsa Israel dan Musa membebaskan Bani Israel, Yesus Keturunan Daud, dan Yesus dari Nazaret, Yerusalem dan lahir di Bethlehem terdapat dan berkembang di hampir seantero bangsa Melanesia.

Belum lagi cerita-cerita tentang Musa memimpin bangsa Israel menyeberangi laut, bahkan juga simbol-simbol atau hikayat tentang kehidupan sehari-hari Yesus juga ada di hampir tiap suku di Papua. Dan, cara pandang mesianistik atau gerakan mesianistik itulah yang memudahkan agama Kristen masuk di Papua.

Jika dilihat dalam historiografi, barangkali sejak zaman dahulu penyebutan Papua sebagai daerah terbayang (tera incognita), sebutan Sysyira atau Samudranta (hikayat Mahabarata), Tungki Yangki (China), Figafeta Italia (Papa ua), Ilha de Papoia (Portugis), Isla de Oro (Spanyol), New Guinea, Irian Jaya, dan Papua sampai dengan saat ini tidak ada sebutan atau pengaruh agama lain kecuali agama Kristen karena didukung oleh cara pandang dan gerakan mesianistik tersebut.

Oleh karena itu, maka pengibaran bendera Israel di Papua harus dilihat dalam dua perspektif yaitu lambang Bintang Daud sebagai Bendera Israel dan lambang Bintang Daud sebagai lambang bangsa atau Bani Israel.

Bagi orang Papua pengikut Yesus Kristus memahami lambang Bintang Daud dalam perspektif yang kedua yaitu lambang Bintang Daud sebagai simbol Bani Israel. Beberapa alasan yang mendasari lambang Bintang Daud terus-menerus berkibar di Papua. Pertama, bagi orang Kristen lambang Bintang Daud adalah lambang yang sangat penting sebagai pengingat akan garis turunan Yesus Kristus sebagai keturunan Raja Daud.

Yesus dan Raja Daud tidak bisa dipisahkan karena dalam Alkitab ketika Yesus lahir di Yerusalem diumumkan ke seantero bahwa "hari ini telah lahir putra Daud juru selamat (imanuel)". Inilah puncak deklarasi atau penyataan tauhid tentang Yesus dan Daud di mana lambang Daud tidak bisa dipisah-pisahkan. Kenyataan Alkitabia, kata-kata kitab suci yang dihayati umat Nasrani dan dihargai oleh agama-agama lainnya.

Kedua, lambang Daud amat penting sebagai panji-panji kebesaran Banga Israel, bukan Negara Israel. Panji-panji inilah yang menjadi lambang kebesaran bangsa (bani) Israel meloloskan diri dari penindasan bangsa Mesir. Musa memimpin menyelamatkan bangsa Israel menuju tanah perjanjian. Bagi orang Papua yang hari ini hidup dalam penderitaan karena adanya penangkapan, penganiayaan, pembunuhan, kematian, kemiskinan, kebodohan.

Kehidupan orang Papua yang terancam di negerinya, saban hari elegi dan tragedi menyertai mereka. Adanya fakta ancaman rasialisme dan genosida berlangsung makin menua. Maka satu-satunya jalan pembebasan bangsa Papua meminta pertolongan Yesus Kristus, Daud, dan juga Musa. Mereka menghayati bahwa bangsa Papua akan melepaskan diri dari belenggu kejahatan dengan jalan keselamatan yang ditempuh Musa dan Bani Israel. Yesus Kristus sebagai keturunan Daud adalah satu-satunya penyelamat Kristen. Oleh karena itulah, lambang Bintang Daud simbol Bani Israel selalu berkibar terus-menerus.

Ketiga, terlepas dari alasan pertama dan kedua, di atas bahwa pengibaran Bendera Bani Israel ini juga memukul rakyat dan negara Indonesia saat ini. Negara ini selalu peduli kepada orang lain, negara lain, sementara rakyatnya sendiri di Papua dibantai, dan kematian berantai menyelimuti tiap saat. Laporan-laporan internasional telah menyatakan adanya ancaman genosida di Papua. Di saat itu juga, mayoritas rakyat Indonesia entah beragama Kristen atau juga Islam tidak pernah bersuara atas penderitaan rakyat Papua. Seakan-akan rakyat Indonesia ikut membiarkan penderitaan menyertai anak bangsanya sendiri dan sesama bangsanya sendiri.

Itulah salah satu tamparan keras terhadap ketidakpedulian dan kurangnya rasa empati kemanusiaan terhadap orang Papua yang menderita dibanding memberi perhatian terhadap bangsa lain. Apalagi soal Palestina setiap orang Kristen sangat tahu betul, dan tertulis dalam Alkitab bahwa Jerusalem adalah milik Bani Israel di mana Yesus Kristus pemilik tanah putra Yerusalem. Yerusalem jatuh di tangan bangsa Arab kurang lebih 700 tahun ketika Sultan Salahudin menginvasi. Oleh karena itu, tiap orang Kristen sangat paham betul tentang Palestina dan Yerusalem.

Oleh karena itu, pengibaran bendera Israel di Papua tidak boleh hanya dilihat dari sudut pandang politik terkait konflik Israel dan Palestina, tapi juga harus dilihat dari perspektif Kristen, yaitu bendera Israel dalam konteks Bintang Daud.

Pemerintah dan kepolisian tidak bisa melarang lambang tauhid umat Kristen yang tertulis dalam kita suci Alkitab, karena itu sama saja dengan melarang ajaran agama yang diyakini. Kita semua selalu bersuara tentang larangan penistaan agama, kita juga melarang orang yang menistakan agama orang lain. Politisi nasional tidak bisa memaksakan konflik di Palestina-Israel dalam keinginan mereka, menawarkan, dan memaksakan cara pandang politisi.

Kepolisian juga berlaku adil, lambang bendera Palestina bagi umat Muslim boleh berkibar tapi lambang Bani Israel bagi umat Kristen dilarang. Lambang Bintang Daud bukan bendera Israel saja, tapi bendera tauhid Bangsa Israel yang tertulis dalam akidah agama Kristen. Negara harus membiarkan semua orang mengekspresikan kehendak nuraninya, apalagi ekspresi keyakinan agama yang merupakan nilai fundamental dan hakiki tentang sebuah kebenaran.

Negara jangan berlaku tidak adil. Biarkan umat Kristen di Papua mengekspresikan keyakinan ilahi mereka, apapun ekspresinya. Silakan umat agama lain termasuk politisi dan pemimpin termasuk kepolisian jika berpikir dalam perspektif politik. Berpikir dan ekspresikan saja sesuai keyakinannya. Yang paling penting negara boleh melarang para penista agama, tapi negara jangan jadi pelaku penista agama.

Natalius Pigai 
aktivis toleransi dan kemanusiaan

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »