Komisaris Tinggi HAM PBB, Zeid Ra’ad al-Hussein (foto: dok). |
JENEWA, SWISS — Komisaris Tinggi HAM PBB, Zeid Ra’ad al-Hussein memperingatkan perdamaian dan kestabilan dunia yang didasarkan pada HAM terancam oleh apa yang disebutnya sebagai "kalangan yang hendak meraih manfaat politik". Komisaris tinggi itu mengeluarkan peringatan tajam pada pembukaan sidang ke 34 Dewan HAM PBB di Jenewa.
Komisaris Tinggi HAM PBB, Zeid Ra’ad al-Hussein memperingatkan berbagai pencapaian yang terselenggara untuk menstabilkan ketertiban dunia sejak Perang Dunia kedua terancam pupus oleh meningkatnya populisme.
Ia mengatakan perdamaian yang bertahan lama di banyak bagian dunia dan keberhasilan pembangunan selama tujuh dekade setelah kehancuran akibat PD II terlaksana karena ditaatinya prinsip-prinsip HAM yang tercantum dalam piagam PBB dan perjanjian-perjanjian HAM internasional.
Ia mengatakan dunia akan menderita kerugian yang besar kalau condong mendengarkan kampanye buruk yang dilancarkan pemimpin-pemimpin politik dan isinya bertentangan dengan HAM universal atau oleh ancaman-ancaman mereka untuk menarik diri dari perjanjian-perjanjian dan lembaga-lembaga yang mendukung hak-hak ini.
Baca juga :Pasifik Tantang Indonesia Bongkar Pelanggaran HAM di Papua
“Bagi para aktor politik terebut, sebagaimana pada masa pra-PD kedua, ancaman terhadap sistem multilateral atau niat untuk undur dari sistem tersebut, pelajaran dari pengalaman sejarah itu seharusnya jelas. Kita tidak boleh diam saja. Karena kita akan menderita kerugian besar, begitu banyak pihak yang harus dilindungi. Dan hak-hak kita, hak orang lain, masa depan dunia kita, tidak bisa disisihkan begitu saja oleh pemancing di air keruh yang sembrono," kata al-Hussein.
Antonio Guterres, Sekjen PBB yang baru, hadir untuk pertama kalinya pada sidang Dewan HAM PBB. Ia mengungkapkan kecemasannya atas apa yang dinilainya ketidakpedulian yang semakin meluas terhadap HAM di seluruh dunia.
“Kita semakin banyak melihat fenomena buruk seperti populisme dan ekstremisme yang saling mengumpani sehingga menimbulkan rasialisme, xenophobia, anti-semitisme, anti-Muslim dan bentuk-bentuk intoleransi lain. Minoritas etnis, masyarakat pribumi dan yang lainnya menghadapi diskriminasi dan pelecehan di seluruh dunia. Hal yang sama juga berlaku pada komunitas LGBTi,” ujar Guterres.
Lihat juga: PBB Beri Indonesia 5 Rekomendasi HAM soal Papua
Guterres memperingatkan pelanggaran HAM masih berada pada tahap dini dan merupakan petunjuk awal sebuah krisis. Ia mengatakan sebab-sebab yang mendasar dari konflik harus diatasi, dan keprihatinan dengan HAM ditanggapi secara cepat dan efektif. [my/jm]
Sumber: http://www.voaindonesia.com
Ia mengatakan perdamaian yang bertahan lama di banyak bagian dunia dan keberhasilan pembangunan selama tujuh dekade setelah kehancuran akibat PD II terlaksana karena ditaatinya prinsip-prinsip HAM yang tercantum dalam piagam PBB dan perjanjian-perjanjian HAM internasional.
Ia mengatakan dunia akan menderita kerugian yang besar kalau condong mendengarkan kampanye buruk yang dilancarkan pemimpin-pemimpin politik dan isinya bertentangan dengan HAM universal atau oleh ancaman-ancaman mereka untuk menarik diri dari perjanjian-perjanjian dan lembaga-lembaga yang mendukung hak-hak ini.
Baca juga :Pasifik Tantang Indonesia Bongkar Pelanggaran HAM di Papua
“Bagi para aktor politik terebut, sebagaimana pada masa pra-PD kedua, ancaman terhadap sistem multilateral atau niat untuk undur dari sistem tersebut, pelajaran dari pengalaman sejarah itu seharusnya jelas. Kita tidak boleh diam saja. Karena kita akan menderita kerugian besar, begitu banyak pihak yang harus dilindungi. Dan hak-hak kita, hak orang lain, masa depan dunia kita, tidak bisa disisihkan begitu saja oleh pemancing di air keruh yang sembrono," kata al-Hussein.
Antonio Guterres, Sekjen PBB yang baru, hadir untuk pertama kalinya pada sidang Dewan HAM PBB. Ia mengungkapkan kecemasannya atas apa yang dinilainya ketidakpedulian yang semakin meluas terhadap HAM di seluruh dunia.
“Kita semakin banyak melihat fenomena buruk seperti populisme dan ekstremisme yang saling mengumpani sehingga menimbulkan rasialisme, xenophobia, anti-semitisme, anti-Muslim dan bentuk-bentuk intoleransi lain. Minoritas etnis, masyarakat pribumi dan yang lainnya menghadapi diskriminasi dan pelecehan di seluruh dunia. Hal yang sama juga berlaku pada komunitas LGBTi,” ujar Guterres.
Lihat juga: PBB Beri Indonesia 5 Rekomendasi HAM soal Papua
Guterres memperingatkan pelanggaran HAM masih berada pada tahap dini dan merupakan petunjuk awal sebuah krisis. Ia mengatakan sebab-sebab yang mendasar dari konflik harus diatasi, dan keprihatinan dengan HAM ditanggapi secara cepat dan efektif. [my/jm]
Sumber: http://www.voaindonesia.com