ORANG PAPUA BUTUH HIDUP AMAN, DAMAI DAN BEBAS.....

How many more dead corpses of West Papuans does the international community (The UN) need to see in order to act?
---

ORANG PAPUA MELANESIA MEMBUTUHKAN HIDUP AMAN, DAMAI DAN BEBAS DI NEGERINYA SENDIRI, BUKAN SEBUAH JANJI PRESIDEN INDONESIA.

Beberapa hari lagi usia perjuangan rakyat Papua Barat akan memasuki tahun ke 52 sejak pemerintah Jakarta Indonesia mengawali penjajahan kolonialisme militerismenya dari tahun 1963. Meskipun sadar atau tidak, PBB menyadari bahwa ada kesalahan masa lalu sejak Pepera 1969, dan ketidak-adilan peraturan internasional dilakukan 6 tahun kemudian setelah masih UNTEA tapi kecurangan yang tidak adil harus terjadi untuk seluruh orang Papua dan akar persoalan konflik itu yang masih terus diperjuangkan oleh orang Papua dan aktifist HAM Demokrasi pro Papua bersuara untuk ketidak-adilan itu perlu ditinjau kembali sehingga orang Papua tidak harus mesti hidup dalam KORBAN GENOSIDA pada hari ini dan esok hari pula.

Perjuangan panjang rakyat Papua selama ini telah membuktikan bahwa orang Papua dan aktifist HAM mereka terus hidup dalam ketakutan setiap hari. Terdengar di seluruh pelosok tanah Melanesia Papua Barat dimana pertumbuhan militer Indonesia meraja-lela seperti sarang jamur yang tumbuh subur dan tidak mengenal siang atau malam. Sejumlah pos-pos/basis militer Indonesia terus dibangun untuk menguasai tanah New Guinea sebelah barat yang sementara masih dikenal sebagai salah satu propinsi bagian timurnya Indonesia. Meskipun diakui sebagai satu propinsi Indonesia tapi realitas hidup sehari-hari orang Papua diperlakukan secara tidak manusiawi, tidak adil dan penuh kebiadaban. Hal ini terbukti dari berbagai berita media lokal/nasional maupun internasional terus menyoroti apa yang terjadi sejak reformasi Indonesia 1998 dan kejahatan militer Indonesia bertumbuh pesat seperti guntur, dan kilat yang terus-menerus menyambar anak-anak Papua yang lahir dari kandungannya mama-mama Melanesia sebagai seorang aktifist seperti pembunuhan beberapa anak Papua yang baru saja terjadi di Paniai baru-baru ini.
Disamping itu, setiap pintu penjara Indonesia telah menutup/mengurung anak-anak Papua yang berjuang pro demokrasi alias berjuang Papua Barat merdeka secara damai tapi aspirasi damai orang Papua ditembak mati oleh demokrasi diktatornya Jakarta. Sejumlah aktifits-aktiifst Papua Barat harus terkurung dalam ruangan penjara bertahun-tahun secara tidak berperikemanusiaan dan adil dibalik penjara Indonesia selama ini misalkan saja orang Papua kibarkan bendera Papua merdeka, maka akibatnya dibawah nama demokrasinya Indonesia terhukum 15 - 20 tahun adalah hadiah pemerintah Jakarta bagi orang Papua selama ini seperti Dr. Thom Wainggai dihukum penjara 20 tahun penjara dan terbunuh bulan Maret 1996 saat masih di penjara, Filep Karma yang masih jalani sisa hukuman penjara sedangkan seorang Edison Waromi SH, yang masuk keluar penjara Indonesia sejak resim Soeharto dan hingga reformasi masih terus dipenjarakan oleh pemerintah Indonesia walaupun telah dibebaskan beberapa waktu lalu. Realitas hukum di Indonesia, Pa. Waromi sendiri secara pribadi telah menghabiskan belasan tahun penjara karena aspirasi perjuangan damai Papua Merdeka termasuk kami yang lainnya yang pernah dipenjarakan berkali-kali di sel penjara Indonesia dan terpaksa harus melarikan diri ke luar negerii untuk mengkampanyekan brutalisme hukum Indonesia yang masih terus diberlakukan bagi orang Papua.

Beberapa hari ini, membaca sejumlah informasi yang dikirim oleh adik-adik/saudara/i Papua berkenaan dengan kunjunganya Presiden Jokowinya Indonesia, News mengcover berita berbagai janji seorang Presiden untuk orang Papua. Diantaranya, Bandara Internasional Biak Papua akan dibuka kembali, jalur kereta api, plus pos-pos militer Indonesiapun akan ditingkatkan dengan program Jakarta membangun sejumlah basis-basis militer TNI POLRI di seluruh tanah Papua dan masih banyak lagi berita janji presiden Indonesia lainnya.

Membaca ini semua mengingkatkan saya akan janji-janji seorang Presidennya Indonesia selama ini. Sudah berapa kali janji seorang Presiden Indonesia untuk orang Papua sejak Soekarno ? Apa yang orang Papua alami. Presentasenya kita bisa akui itu seperti presentase penduduk orang Melanesia Papua 20 tahun dari sekarang berdasarkan tim akademik Universitas Sydney, Australia dan Universitas Yale, Amerika Serikat...orang Papua akan terbunuh habis atau kependudukan orang Papua akan menurun presentasenya karena Genosida. Pembunuhan etnik seorang Melanesia akan terus terjadi dan militer Indonesia bertambah hingga tanah air Melanesia menjadi asing bagi negerinya sendiri dengan sabutan aku Papua rambut keriting punah secara perlahan...sio begitu kah baru mo ajak stop kekerasan, padahal pemerintah Indonesialah yang mempraktekan kekerasan militer terhadap orang Papua dan rakyat Papua Barat masih terbunuh pada hari ini, dan mungkin esok hari lagi di tahun 2015 masih terdengar kematian-kematian misterius terjadi dimana-mana, dan pada akhirnya kita belajar bahwa kata Genocide itu bukan kalimat kosa kata bahasa Inggris saja tetapi sesungguhnya kalimat Genosida adalah satu realitas dari kehidupan orang Papua alami sehari-hari yang diibaratkan seperti dalam mimpi buruk yang belum terselesaikan hari ini.


Kesimpulan sederhananya yakni orang Papua tidak menginginkan semua janji-janjimu Presiden Indonesia karena sebenarnya yang dibutuhkan orang Papua selama 51 tahun ini adalah orang Papua orang Melanesia cuma ingin hidup aman, damai dan bebas tanpa harus diperlakukan program Genocide bagi mereka seperti yang terjadi dan terbaca dimedia masa ada pembunuhan orang Papua dimana-mana. Sudah saatnya orang Papua Barat hidup bebas tanpa harus dibunuh oleh Indonesia.

Oleh Herman Wainggai 
        (Diplomat Papua)





Sumber : Catatan 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »