Tangisan dan Ujian

OCTHO- Cengeng,
Itulah sebutan aku pada diriku.
Menangis kadang menjadi solusi,
Tangisan juga menjadi obat penenang.

Ujian ini terlalu berat,
Sangat berat.
Kepergiaan ayah ibu sejak kecil,
Sudah semakin memberatkan langkah hidup ini.

Mereka pergi,
Pergi tanpa sepata kata pada putra kesayangan mereka.
Tak ada pesan,
Tak ada degungan semangat
Tak ada ciuman kasih sayang.

Berjalan sendiri,
Sendiri berjalan tanpa siap-siapa.
Seorang kakak laki-laki di Timika, Papua.
Kedua kakak perempuan di kampung halaman.
Rindu pada mereka hanya bisa terbayar dengan air mata.

Sudah hampir dua minggu berobat di tanah orang.
Kalian pasti tak tau pergumulan batinku,
Ayah ibu juga pasti tak tahu.
Dan memang mereka tak mungkin tahu.

Aku harap kalian baik-baik saja,
Kalian juga pasti berharap pada diriku demikian.

Kemarin dokter membatalkan rencana operasi,
Ini kabar gembira,
namun kalian pasti tak melompat kegirangan,
Karena memang kalian tak tau tentang keadaanku.

Kalian tak bersalah, akupun demikian
Dan TUHAN tak bersalah juga,
Kita jangan mencari siapa yng benar dan salah.
Yang pasti ini pelajaran penting dalam hidupku.

Dokter menyarankan untuk minum obat program,
Dan akan berlangsung selama 6 bulan lamanya.
Berharap kalian bisa tetap mendoakanku supaya tetap tegar.

Aku akan terus menangis,
Menangis untuk menjawab cinta dan rindu pada kalian.
Menangis dan bangkit
Untuk menatap hari esok yang lebih baik.

Hari esok,
Aku akan pulang,
Pulang dengan hasil jerih payah,
Semua itu untuk membayar semua rindu, air mata, dan harapan kalian.

Aku mencintai kalian,
Mencintai kalian,
Sangat cinta pada kalian,
Sangat-sangat cinta pada kalian.

Catatan dari Asrama Kamasan Papua, Surabaya
Rabu, 07 Juli 2010, Pukul 06:44


Ket Gambar:
Saya foto bersama Kedua kakak perempuan dan seorang adik angkat.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »