Tampilkan postingan dengan label Petisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Petisi. Tampilkan semua postingan

KNPB Numbay Buka Petisi Dukung #BackTheSwim #LetWestPapuaVote

Komite Nasional Papua Barat [KNPB] Wilayah Numbay, Secara Resmi Buka tanda tangan petisi Manual  untuk mendukung #BackTheSwim #LetWestPapuaVote.

KNPB buka penandatanganan petisi manual secara resmi terhitung dari tanggal yang diumumkan yaitu 5 Maret sampai dengan 5 juni 2017, tempat penandatanganan dipusatkan Kantor Kesekretariat KNPB wilayah Numbay.

Kami perlu tegaskan bahwa Rakyat West Papua dan Masyarakat Internasional yang ada di teritori West Papua khususnya ditanah Tabi silakan datang tanpa paksaan oleh siapapun untuk memberikan dukungan tanda tangan guna mendukung REFERENDUM bagi West Papua. 

Dengan iklas dan nurani datang memberikan dukungan tanda tangan Manual disekretariatan KNPB Wilayah Numbay.


Tanda tangan dukungan petisi manual akan dipertanggungjawabkan secara Resmi Oleh PARLEMEN NASIONAL WEST PAPUA [PNWP] Juga sebagai Dewan Komite ULMWP.

PNWP akan bertanggung tanggung jawab dan akan lanjutkan kepada exekutif ULMWP, IPWP & ILWP serta Kepada pihak -pihak terkait lainnya.

Atas Perhatian dan Kerja samanya kami sampaikan berlimpah terima kasih.

Numbay-West Papua, 05 Maret 2017

Badan Pengurus
KOMITE NASIONAL PAPUA BARAT [KNPB] wilayah NUMBAY.
CALVIN WENDA. (ketua)
REGINA WENDA. (sekretaris)

Walaupun diblokir, Petisi #LetWestPapuaVote Telah mencapai 19.830

Petisi #LetWestWestPapuaVote Sejak diluncurkan pada Selasa (24/1) waktu London di Istana Westminster, Parlemen Inggris.
Hingga hari ini, Minggu 19/2/2017 telah mencapai 19.830 dan mungkin akan terus bertambah; seiring meningkatnya dukungan dan perhatian serta serta solidaritas.

Link situs ini sempat diblokir dan dibeberapa provider masih terblokir, namun tetap saja ada cara untuk membuka link petisi.

Dari Westminster, Petisi tersebut akan terus digalang dengan target awal 10,000 penandatangan, utamanya rakyat West Papua di seluruh dunia, hingga bulan Agustus 2017. Selanjutnya ia akan dibawa berenang oleh tim Swim for West Papua (Berenang untuk West Papua) sejauh 69 km menyeberangi Danau Geneva untuk menyerahkannya langsung ke tangan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Gebrakan kampanye Free West Papua terbaru ini seiring meningkatnya atmosfer solidaritas terhadap hak penentuan nasib sendiri West Papua di panggung internasional sepanjang tahun ini. “Ini adalah kesempatan kita untuk menghubungkan dukungan individual dan kelompok-kelompok di seluruh dunia,” demikian seperti dinyatakan dalam laman freewestpapua.org.
screenshoot link diblokir

Kampanye Let West Papua Vote hingga delapan bulan mendapatang ditujukan untuk mengumpulkan dukungan terhadap hak penentuan nasib sendiri West Papua ke PBB. Dukungan tersebut, menurut para pengkampanye, dibutuhkan agar membuka mata para pemimpin dunia dan PBB, “bahwa kita, komunitas internasional, meminta mereka memperbaiki kesalahan masa lalu dan Biarkan Papua Memilih!

Deklarasi Westminter memuat landasan dan prinsip-prinsip penentuan nasib sendiri West Papua. Di dalamnya memuat protes terhadap pelanggaran HAM di Papua; pernyataan bahwa “Pepera 1969” tidak sah; masyarakat asli Papua yang terancam musnah; serta referendum di bawah pengawasan internasional untuk West Papua.

Yang belum sempat mengisi petisi silahkan kunjungi link ini: Petisi #LetWestPapuaVote
Bila link tersebut diblokir, silahkan info balik diinbox Messages

6 WN Inggris akan Berenang ke Markas PBB Bawa Petisi Papua Merdeka

Tiga orang paling kiri adalah Tim, Tom dan Joel, tiga dari enam WN Inggris yang akan berenang di Danau Jenewa dan membawa petisi Papua Merdeka untuk diserahkan kepada Sekjen PBB. Paling tengah adalah Benny Wenda, juru bicara ULMWP. sedangkan paling, kanan adalah Lord Harries of Petregrath, seusai meluncurkan kampanye global petisi penentuan nasib sendiri untuk Papua, di London, 24 Januari 2017 (Foto: IPWP
WN UK akan Berenang ke Markas PBB Bawa Petisi Papua Merdeka

LONDON,  - Sebuah tim yang terdiri dari enam perenang warga negara Inggris sedang disiapkan untuk merenangi Danau Jenewa, Swiss sepanjang 69 kilometer. Mereka akan membawa petisi yang menyerukan dimasukkannya kembali Papua ke dalam daftar dekolonisasi PBB dan diselenggarakannya referendum penentuan nasib sendiri Papua. Mereka akan menyerahkan petisi tersebut kepada Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres di markas PBB di Jenewa.

Rencana ini disampaikan oleh Benny Wenda, juru bicara kelompok yang oleh Indonesia dicap sebagai separatis karena membawa aspirasi penentuan nasib sendiri, United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), Benny Wenda, di London, 24 Januari lalu.

Aksi yang dinamai Swim for West Papua itu direncanakan dilaksanakan pada Agustus mendatang dan menurut Benny Wenda, aksi ini untuk menunjukkan bahwa isu Papua adalah isu kemanusiaan, bukan masalah Pasifik atau Melanesia saja.

Belum ada data rinci tentang nama-nama perenang yang akan turut serta serta kualifikasi mereka. Radionz.co.nz menampilkan gambar peluncuran aksi ini yang menunjukkan Benny Wenda sedang berdiri bersama sejumlah tokoh yang mendukung aspirasi penentuan nasib sendiri Papua.  Tiga pria yang akan berenang tersebut ada dalam gambar. Namun nama-nama mereka hanya disebut dengan singkat yaitu, Tim, Tom dan Joel.

Sementara itu di youtube, dalam bagian kampanye  Swim for West, seorang pria bernama Joel tampil dalam video untuk menjelaskan program ini, bergantian dengan Benny Wenda. Tidak ada penjelasan tentang siapa Joel. Namun dalam video itu, Joel mengatakan ia dan lima orang rekannya akan berenang menyusuri Danau Jenewa sepanjang 69 km membawa petisi penentuan nasib sendiri dan menyerahkannya kepada PBB.

Kampanye global petisi terbuka secara online itu diluncurkan pada 24 Januari lalu, di London, oleh Free West Papua Campaign, sebuah kelompok yang berafiliasi dengan ULMWP, dihadiri antara lain Lord Harries of Pentregarth, mantan anggota parlemen Inggris yang juga satu dari pendiri International Parliamentarians for West Papua (IPWP). Petisi online tersebut akan dibuka sampai Agustus, saat mana petisi tersebut akan diserahkan kepada PBB.

Selain menyerukan dimasukkannya kembali Papua ke dalam daftar dekolonisasi PBB, petisi juga menyerukan kepada PBB untuk menunjuk seorang wakil khusus untuk menyelidiki situasi hak asasi manusia di Papua, serta  untuk mengawasi proses penentuan nasib sendiri.

Disebutkan, tujuan petisi adalah untuk menunjukkan dukungan internasional yang berkembang kepada Papua untuk memiliki kesempatan  memutuskan masa depan mereka sendiri. Dikatakan, bahwa upaya mereka juga berguna untuk menumbuhkan dukungan diplomatik bagi dilaksanakannya penentuan nasib sendiri, yang diatur dalam Resolusi Sidang Umum PBB 1513 dan 1541.

Lord Harries of Pentregarth pada saat peluncuran mulai dibukanya petisi, membagikan pernyataan dukungan dari Uskup Agung Emeritus Desmond Tutu yang mengecam kurangnya perhatian media internasional tentang Papua.

Dia juga memuji tim renang yang akan melaksanakan misinya dan menyatakan solidaritasnya dengan rakyat Papua. "Kita hidup di berbagai wilayah di dunia, tapi kita adalah satu keluarga."

Perhatian warga asing terhadap isu Papua tampaknya berkembang di sejumlah negara. Dari Australia diberitakan hari Jumat lalu seorang WN Australia didenda, ditahan untuk kemudian dilepaskan oleh polisi karena tidak mematuhi perintah polisi tatkala berunjuk rasa di depan Kedubes Indonesia di Canberra.

Adrian van Tonder, nama sang mahasiswa, melakukan unjuk rasa bersama puluhan orang lainnya, dengan berbaring di jalan di depan Kedubes, seraya menutupi badan mereka dengan kain putih dilumuri cat merah.

Adrian van Tonder tidak mengindahkan perintah polisi untuk pindah karena menghalangi arus lalu lintas. Akibatnya hakim memberikan hukuman denda dan sempat ditahan.

Kampanye penentuan nasib sendiri Papua terus digemakan oleh ULMWP di luar negeri dan menunjukkan meningkatnya perhatian masyarakat internasional. Namun di sisi lain upaya ULMWP untuk meyakinkan negara-negara Pasifik dan Melanesia kelihatannya jauh dari yang mereka harapkan, terlihat dari tertundanya keputusan Melanesian Spearhead Group (MSG) untuk mengesahkan keanggotaan mereka.

Pernyataan Benny Wenda yang menekankan bahwa masalah di Papua adalah masalah kemanusiaan bukan masalah Pasifik dan Melanesia saja, menyiratkan keinginan untuk menjajaki dukungan lebih luas, ketimbang fokus kepada negara-negara Pasifik dan Melanesia, sebagaimana telah mereka lakukan.
Pemerintah Indonesia belum mengeluarkan pernyataan atas langkah ULMWP ini. Namun sejumlah netizen mengatakan bahwa petisi online yang tengah digagas oleh ULMWP ini tidak dapat diakses dan kuat dugaan ada pemblokiran.

Editor : Eben E. Siadari
Sumber: SATUHARAPAN.COM

Sudah 7 ribu Lebih Tandatangani Petisi #LetWestPapuaVote

Screenshot Petisi #LetWestPapuaVote


Kampanye sekaligus petisi tersebut diberi tajuk yang bertagar #BackTheSwim dan #LetWestPapuaVote, dilansir situs freewestpapua.org diluncurkan pada Selasa (24/1) waktu London di Istana Westminster, Parlemen Inggris.

Hingga hari ini, 28 Januari 2017 Petisi #LetWestPapuaVote telah mencapai 7 ribu lebih dari target total tandatangan petisi, 10 ribu.

Dari Westminster, Petisi tersebut akan terus digalang dengan target awal 10,000 penandatangan, utamanya rakyat West Papua di seluruh dunia, hingga bulan Agustus 2017.
Selanjutnya ia akan dibawa berenang oleh tim Swim for West Papua (Berenang untuk West Papua) sejauh 69 km menyeberangi Danau Geneva untuk menyerahkannya langsung ke tangan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).


Baca : Sehari diluncurkan, lebih 3000 orang tandatangani Petisi #LetWestPapuaVote


Silahkan ambil bagian dan ikut tandatangani petisi ini; link: TANDA TANGAN PETISI

Sehari diluncurkan, lebih 3000 orang tandatangani Petisi #LetWestPapuaVote

Penandatangan Petisi Global #LetWest PapuaVote dan dukungan kampanye #BackTheSwim yang diluncurkan di Istana Westminster, Parlemen Inggris (24/1/2017) – freewestpapua. org
Sehari diluncurkan, lebih 3000 orang tandatangani Petisi #LetWestPapuaVote

Jayapura, Jubi – Kampanye Free West Papua kembali melakukan gebrakan dari London mengajak masyarakat internasional menandatangani Petisi Global untuk West Papua mendukung Deklarasi Wesminster atas Referendum di bawah pengawasan internasional untuk West Papua.

Kampanye sekaligus petisi tersebut diberi tajuk yang bertagar #BackTheSwim dan #LetWestPapuaVote, dilansir situs freewestpapua.org diluncurkan Selasa (24/1) waktu London di Istana Westminster, Parlemen Inggris.

Sehari setelah diluncurkan, hampir 3000 orang telah menandatangani petisi online di medium avaaz.org itu.
Dari Westminster, Petisi tersebut akan terus digalang dengan target awal 10,000 penandatangan, utamanya rakyat West Papua di seluruh dunia, hingga bulan Agustus 2017. Selanjutnya ia akan dibawa berenang oleh tim Swim for West Papua (Berenang untuk West Papua) sejauh 69 km menyeberangi Danau Geneva untuk menyerahkannya langsung ke tangan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Gebrakan kampanye Free West Papua terbaru ini seiring meningkatnya atmosfer solidaritas terhadap hak penentuan nasib sendiri West Papua di panggung internasional sepanjang tahun ini. “Ini adalah kesempatan kita untuk menghubungkan dukungan individual dan kelompok-kelompok di seluruh dunia,” demikian seperti dinyatakan dalam laman freewestpapua.org.

Kampanye Let West Papua Vote hingga delapan bulan mendapatang ditujukan untuk mengumpulkan dukungan terhadap hak penentuan nasib sendiri West Papua ke PBB. Dukungan tersebut, menurut para pengkampanye, dibutuhkan agar membuka mata para pemimpin dunia dan PBB, “bahwa kita, komunitas internasional, meminta mereka memperbaiki kesalahan masa lalu dan Biarkan Papua Memilih!

Deklarasi Westminter memuat landasan dan prinsip-prinsip penentuan nasib sendiri West Papua. Di dalamnya memuat protes terhadap pelanggaran HAM di Papua; pernyataan bahwa “Pepera 1969” tidak sah; masyarakat asli Papua yang terancam musnah; serta referendum di bawah pengawasan internasional untuk West Papua.

Menyikapi peningkatan suhu politik dukungan penentuan nasib sendiri West Papua di internasional, pemerintah Indonesia tampak mulai semakin waspada. Dilansir Antara, kunjungan 14 dari 23 calon duta besar RI ke Jayapura, Papua Rabu (25/1/2017) yang bertujuan untuk orientasi empat pilar politik luar negeri Indonesia menunjukkan pemerintah tak mau ‘kecolongan’ lagi atas isu kemerdekaan Papua di luar negeri.

 "Papua yang dipilih terkait dengan empat prioritas: keutuhan NKRI, diplomasi ekonomi, pelayanan dan perlindungan WNI, serta penguatan diplomasi bilateral, regional juga multilateral," kata Ketua Rombongan Lintas Nusantara yang juga Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Kristiarto Legowo.

Menurut Kristiarto, Papua dipilih karena diyakini sebagai aset dalam upaya menjaga keutuhan NKRI, pembangunan ekonomi Indonesia, menguatkan hubungan bilateral, regional dan multilateral.
"Papua juga merupakan aset bagi bangsa dan negara. Para duta besar yang mewakili kepentingan masyarakat juga kepentingan warga Bumi Cenderawasih," ujarnya.(*)

TANDATANGAN PETISI

Sumber: Tabloidjubi.com

update  Petisi5,343 signers. Let's reach 10,000

Petisi Free West Papua, Help to end the genocide in West Papua


London - (24/1/17) Tuan Benny Wenda menandatangani Petisi untuk di serahkan kepada Sekertaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk bulan Agustus Papua Barat di datftarkan;

I. Bentuk perwakilan khusus untuk menyelidiki situasi pelanggaran Hak Asasi Manusia di Papua

II. Daftarkan Papua Barat kembali pada Agenda Committee Decolonisasi dan Menjamin Hak Penentuan Nasib Sendiri bagi Rakyat Bangsa Papua. Sorong - Merauke


[========€=======¢=======©=========®=====©==>

Berikut beritanya:

Westminster, London, 24th January 2016, petition launched to be handed in to the UN secretary General in August calling for an internationally supervised vote on Independence for West Papua. A swim for West Papua team will swim 69km across Lake Geneva in Switzerland to deliver the petition.
You can sign the petition here.


https://secure.avaaz.org/https://secure.avaaz.org/en/petition/SecretaryGeneral_of_the_United_Nations_Antonio_Guterres_End_the_Genocide_in_West_Papua/


To the Secretary-General of the United Nations António Guterres,
As concerned citizens from around the world, we call on you to urgently address the human rights situation in West Papua and to review the UN's involvement in the administration of West Papua that led to its unlawful annexation by Indonesia ‐ and the human rights abuse that continues today.
We call upon you to:

I. Appoint a Special Representative to investigate the human rights situation in West Papua;

II. Put West Papua back on the Decolonisation Committee agenda and ensure their right to self‐determination ‐- denied to them in 1969 -‐ is respected by holding an Internationally Supervised Vote (in accordance with UN General Assembly Resolutions 1514 and 1541 (XV)).
Signed:
https://secure.avaaz.org/en/petition/SecretaryGeneral_of_the_United_Nations_Antonio_Guterres_End_the_Genocide_in_West_Papua/
 
#BackTheSwim
#LetWestPapuaVote

No Thanks To indonesia

Sejak Papua diintegrasikan ke dalam NKRI hingga saat ini, sanak sodara dan Kawan-kawan seperjuangan kita terus dikejar-kejar, dibunuh, dipenjarakan, dihilangkan dan diperkosa oleh Militer dan Polisi Indonesia. Diskusi-diskusi dan tempat-tempat rapat atau pertemuan sering sekali digeledah dan dibubarkan oleh Militer dan Polisi Indonesia. Aksi-aksi demontrasi damai selalu dibubarkan paksa oleh Militer dan Polisi Indonesia dengan menggunakan tank-tank, gas air mata, tembakan-tembakan berpeluru timah dan pentungan. Pembubaran paksa dengan kekuatan militer juga terjadi ketika orang Papua mengadakan Kongres Rakyat Papua III di Jayapura.

Apakah butuh sebuah alasan bagi kita orang Papua untuk hidup bebas tanpa rasa takut di Tanah Air kita sendiri??? TIDAK!!!

Tapi Militer dan Polisi Indonesia telah merampas hak hidup kita dan hak kita untuk hidup dengan rasa nyaman. Puluhan tahun, Militer dan Polisi Indonesia TELAH MEMBUAT ORANG PAPUA HIDUP DENGAN TRAUMA DAN TEKANAN BERKEPANJANGAN.

Pemerintah Jerman mau menjual 130 Tank ke Indonesia. Artinya Militer dan Polisi Indonesia akan bertambah kuat untuk terus memaksa dan menyerang masyarakat sipil, khusnya di Papua. Berkat bantuan Pemerintah Jerman, Militer dan Polisi Indonesia akan makin kuat dan berani untuk terus membunuh dan membungkam kekritisan orang Papua. Mereka makin kuat untuk menghabisi kita.

Katakan: TIDAK ADA TANK YANG KE INDONESIA!!!

MARI, BERIKAN TANDA TANGANMU PADA PETISI INI UNTUK ANGELA MERKEL SEKARANG JUGA!!!


Setelah itu, SEBARKAN KE SEMUA SODARA DAN KAWAN-KAWANMU.

TERIMAKASIH BANYAK.