Tampilkan postingan dengan label PILKADA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PILKADA. Tampilkan semua postingan

PERANG PILKADA PAPUA "Rekayasa Pertentangan Klas Elit Papua Ala Indonesia Pemuas Nafsu Jabatan Pemulusan Eksploitasi SDA Papua"

PERANG PILKADA PAPUA 

"Rekayasa Pertentangan Klas Elit Papua Ala Indonesia Pemuas Nafsu Jabatan Pemulusan Eksploitasi SDA Papua"

Oleh: Wissel Van Nunubado


PENDAHULUAN

Semua tahu bahwa pemilu butuhkan dana artinya setiap calon kepala daerah baik jalur partai maupun independen butuhkan dana. Pertanyaan dari mana para calon itu dapatkan dana ?.

Sampai saat ini sudah terlihat ratusan ijin yang sudah diterbitkan pemerintah (pusat dan daerah) yang jadi kendala adalah ada ijin yang sudah eksplorasi dan ada yang belum semua pemegang ijin itu sangat berkepentingan dengan siapa yang akan terpilih sebagai kepala daerah sehingga pastinya hubungan itu akan diperhalus dengan kertas benilai untuk merekatlan hubungan keduannya.
Mengingat sistim yang berlaku adalah sistim pemerintahan indonesia sehingga tanpa berbuat apapun pemerintah pusat yang berkuasa  dalam negara ini akan menerima jatahnya sesuai ketentuan disitulah yang berikan petunjuk bahwa antara pengusaha, kepala daerah dan kepala negara memiliki hubungan mesrah demi suksesnya ekonomi politik dalam negara.

Ditengah jaringan ekonomi politik itu yang menjadi kendala dalam mengefektifkannya di papua adalah eksistensi kepemilikan tanah adat sehingga untuk memeranginya hanya dapat sukses dengan jalan memekarkan wilayah pemerintahan daerah dan berteman mesrah dengan kepala daerahnya. Dengan demikian maka suksesi kepala daerah yang ideal bagi pemulusan ekonomi politik menjadi keharusan.

Disinilah letak pertentangan klas elit papua calon Kapital Birokrat Papua dalam semua konflik pilkada yang saya maksudkan diatas.
Pilkada Papua - sumber zonadamai.com


PEMEKARAN DAERAH DAN PERTENTANGAN ELIT PAPUA PEMICU PERANG PILKADA

Dalam sejarah hidup orang malanesia di wilayah adat pulau papua bagian barat tidak pernah ada sejarah perang atas pencaplokan tanah adat. Mungkin ada tetapi jumlahnya sangat kecil dan terbatas pada beberapa suku saja. Meskipun demikian mereka mengetahui dengan pasti batas wilayah adat sehingga bagi suku yang terlanjut menempati tanah adat suku lain mengakui bahwa mereka adalah suku pendatang yang hanya miliki hak guna bukan hak milik.

Realitas itu dapat terjadi karena orang malanesia yang hidup diatas wilayah pulau papua bagian barat sejak dahulu mengetahui batas wilayah adat setiap suku. Disitulah yang menjadi dasar pijak tidak adanya sejarah perang suku atas dasar ambisi pencaplokan wilayah suku lainnya.

Perang suku yang terjadi dalan sejarah orang papua diakibatkan karena pembunuhan anggota suku oleh suku lain serta perampasan istri orang sehingga dapat simpulkan bahwa perang suku di papua merupakan alternatif penyelesaian persoalan ala orang papua. Hal itu bisa dibenarkan karena perang sukunya juga memiliki aturan perang yang kental akan penghargaan HAM sehingga dapat disebutkan bahwa orang papua telah mengenal dan mempraktekan hukum humaniter sebelum orang lain mengetahuinya.

Pertanyaannya adalah Perang Pilkada adalah tradisi perang orang mana dan bagaimana hukum perang pilkada ?. Diatas itu semua perang pilkada itu sesungguhnya milik siapa dan siapa yang ciptakan dan akhirnya perang pilkada itu untuk siapa ?.

Seperti yang sudah disubutkan pada bagian pendahuluan bahwa seluruh tanah adat sudah diberikan kepada perusahaan melalui ijin yang diterbitkan pemerintah namun praktenya ada yang sudah eksploitasi dan ada yang belum. Mayoritas yang belum disebabkan karenan persoalan tanah adat sehingga jalan keluarnya adalah dengan pemekaran daerah yang telah direncanakan selanjutnya diwujudkan melalui politisi praktis papua yang kalah saing dalam bursa pilkada selanjutnya mendeklarasikan dirinya menjadi kepala daerah.

Dengan terbentuk daerah baru selanjutnya memberikan ruang bagi dipraktekannya pertentangangan klas elit papua melalui pilkada yang menjadi sarana penunjang terciptanya perang pilkada selanjutnya akan naik seorang elit papua menjadi kepala daerah untuk selanjutnya memuluskan eksploitasi SDA Papua oleh perusahaan yang memfaslitasi kapital birokrat papua menempati tampuk kekuasaan atas wilayah tersebut.

Setelah jokowi memfasilitasi pemilu serempak sudah memudahkan kita melihat pertentangan klas elit merebut tampuk kekuasaan menjadi kapital birokrat papua atas sebuah wilayah atministrasi pemerintahan dengan memanfaatkan pendukungnya melakukan kekacauan-kekacauan yang berujung pada terciptanya perang pilkada. Inilah realitas pertentangan klas elit papua ala indonesia demi memuluskan eksploitasi SDA Papua yang saya maksudkan.


UNTUK SIAPA ORANG PAPUA BERDARAH DALAM PILKADA

Dalam tulisan Kapital Birokrat Papua sudah saya katakan bahwa Kapital Birokrat Papua adalah saudara kandung kapital indonesia dan internasional.

Kurang apa bagi orang papua untuk mendeteksi mereka adalah saudara kandung kapital indonesia dan internasional jutaan tanah adat diberikan kepada perusahaan sawit untuk dieksploitasi. Selain itu pemberian ijin kepada perusahaan tambang baik cair maupun padat untuk dieksploitasi.

Semua itu dilakukan oleh kapital birokrat papua yang adalah orang papua sendiri. Mungkin saat ini (pilkada) mereka akan katakan itu diberikan oleh kepala daerah sebelumnya atau hanya diam saja yang pasti tidak ada hukum perikatan (hukum perdata) yang dapat dibatalkan begitu saja sehingga siapapun yang akan menjabat kepala daerah wajib jalankan semua perikatan yang ada sebelumnya.

Dengan demikian maka pertanyaannya adalah untuk siapa darah orang papua keluar dalam pilkada ?. Para kandidat calon kepala daerah wajib menjawabnya sebab semua pertumpaan darah orang papua itu terjadi hanya untuk memuaskan hasrat haus jabatan para kandidat yang akan menjadi saudara kandung kapital indonesia dan internasional setelah menjabat sebagai kepala daerah atau kapital birokrat papua.

Sejak indonesia terapkan sistimnya budaya korupsi berkembangbiak dengan leluasa dalam tubuh birokrat papua. Pendidikan ditelantarkan, tenaga honorer diperas keringatnya, kesehatan terabaikan, kemiskinan struktural bertambah, anak telantar yg dijuluki aibon merajalelah dijalanan, miras basahi jiwa muda dan tua papua serta penangkapan dan pembunuhan orang papua terjadi didepan mata kepala daerah orang papua namun mereka diam saja. Semua itu menunjukan kebusulan kapital birokrat papua hari ini dan mungkin saat calon kepala daerah itu jadi pastinya hal yang sama akan terjadi, lantas untuk kapital birokrat papua itukah orang papua berdarah dalam pilkada ?.

Ingat selalu bahwa calon kepala daerah atau kapital birokrat papua adalah saudara kandung kapital indonesia dan internasional dia bahkan rela mepaskan tanah marganya kepada perusahaan demi nafsu jabatan dan kekuasaan atas 20% jatah preman dari setiap usaha yang beroperasi di wilayah atministrasinya.

Atas dasar itu sehingga disampaikan kepada orang papua, Jangan mau keluarkan darahmu dalam perang pilkada yang kita tidak tahu siapa pemilik perang itu dan siapa yang akan menikmati hasil dari darah orang papua yang keluar dalam perang pilkada itu.


PENUTUP

Perang pilkada papua yang menunjukan pertentangan elit papua yang berlomba merebut tahta atas wilayah atministrasi pemerintahan daerah murni pertentangan klas yang dibentuk indonesia melalui penerapan sistim demokrasi yang sarat dengan manipolitik demi wujudkan kepentingan ekonomi politik indonesia serta kapital indonesia dan internasional diatas tanah air papua.

Semua kebusukan mereka termasuk kapital birokrat papua sudah orang papua saksikan sendiri sehingga orang papua sudah harus sadar dan meletakan jiwa dan raga posisi yang benar dan independen agar tidak terprovokasi dengan segala rayuan baik oleh kapital indonesia maupun indonesia dan bahkan kapital birokrat papua dengan mengunakan alasan kampung, marga, suku atau bahkan bangsa.

Ingat bahwa tujuan utama mereka adalah menguasai wilayah adat papua dan merampok SDA Papua selanjutnya meninggalkan limbah dan kelaparan dalam kehidupan orang papua.


"Kritikkanmu Adalah Pelitaku"

PILKADA PANIAI RAMPOK DANA APBD KABUPATEN PANIAI TAHUN 2018

PILKADA PANIAI RAMPOK DANA APBD KABUPATEN PANIAI TAHUN 2018

"PNS Kelaparan Rakyat Sengsara Diambang Skenario Konflik Pilkada Paniai Untuk Pundi Keamanan"

Oleh: Wissel Van Nunubado


PENDAHULUAN

Saat melihat status facebook kawanku yang memberikan pesan situasi terkini kabupaten paniai melahirkan jutaan tanya terkait apa yang sedang terjadi di kabupaten yang terletak di tepian danau wissel meren itu ?

Dalam status yang lain menunjukan situasi keributan yang terjadi sekitar kantor bupati paniai saat acara pelantikan PJS. Bupati Paniai. Terlepas dari itu adapula foto lain yang menunjukan gambar mobil keamanan negara yang diparkir disekitar ibu kota kecamatan paniai timur.

Pertanyaan adalah apa yang sedang terjadi hari ini di kabupaten paniai ?. Siapa pihak yang bertanggungjawab untuk memberikan keterangan objektif tentang kondisi kabupaten paniai saat ini.

Apakah Pjs. Gubernur Papua, Apakah Ketua DPRD Propinsi Papua, Apakah Kapolda Papua, Apakah Pangdam Papua, Apakah KPU Propinsi Papua, Apakah Pjs. Bupati Paniai, apakah ketua DPRD Paniai, apakah Kapolres Paniai, apakah Koramil Paniai, apakah KPUD Paniai ataukah siapa yang wajib berikan informasi kondisi paniai saat ini ?

Apapun yang terjadi di paniai hari ini dunia internasional ingin tahu, indonesia ingin tahu, papua ingin tahu dan paniai sendiri ingin tahu tentang kondisi terakhir kabupaten paniai. Para pihak diatas wajib menjelas kondisi terakhir di kabupaten paniai saat ini.


PILKADA PANIAI DAN ALIRAN DANA KEAMANAN

Semua tahu bahwa paniai akan mengelar pilkada dalam tahun 2018. Untuk itu KPUD dan Panwaslu tentunya telah menjalan kerja-kerjanya untuk mempersiapkan pesta demokrasi itu.
Selain itu kemendagri dan pemda propinsi papua juga telah menjalankan tugasnya untuk menyiapkan dan melantik penjabat bupati kabupaten paniai yang akan bertugas untuk suksesi pesta demokrasi tersebut.

Pertanyaannya mengapa ada banyak alat keamanan negara di kabupaten paniai. Apakah akan ada konflik berdarah sehingga mereka harus ada disana ?. Bukankah dikabupaten tersebut sudah perna mensukseskan pesta demokrasi dengan aman diperiode lalu, mengapa pilkada tahun 2018 kondisinya dibanjiri dengan alat keamanan negara ?. Kira-kira para pihak yang disebutkan diatas bisa menjelaskan kondisi itu ?.

Pertanyaannya adalah pengerahan alat keamanan negara dikabupaten paniai menjelang pilkada 2018 itu dibiayai oleh dana apa ?.

Apakah dana APBN 2018 ataukah APBD Kabupaten Paniai tahun 2018. Bagaimana dengan dana operasional disegala bidang sesuai RAPBD pemerintah kabuaten paniai tahun 2018 ?. Tentang ini siapa yang wajib berikan informasi kepada publik ?

Jika pembukaman informasi itu tetap seperti itu maka apabila nanti ada peristiwa berdarah maka para pihak yang bertanggungjawab atas pilkada 2018 (Pjs. Bupati Paniai, KPUD Paniai, Panwaslu Paniai dan Keamanan Negara) dan Para Kandidat Cabup dan Cawabub Paniai wajib bertanggungjawab.

Apapun alasannya jika peristiwa yang dikhawatirkan yaitu konflik berdarah itu terjadi maka para pihak wajib bertanggungjawab. Wajib bertanggungjawab. Wajib bertanggungjawab.


PILKADA PANIAI SARANA PROYEK KORUPSI

Penciptaan kondisi konflik dalam pilkada paniai sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu. Semua itu diketahui dengan pasti oleh para pihak yang terkait bahkan keamanan negara yang bertugas di kabupaten paniai.

Hanya manusia goblok dan terkutuk saja yang akan bahagia jika ada orang meninggal karena konflik pilkada. Begitupula hanya orang tidak berprikemanusiaan saja yang akan gembira menikmati uang karena konflik pilkada. Hanya SETAN saja yang menginginkan orang tidak bersalah mati karena Pilkada.

Pilkada adalah pesta demokrasi yang biasa dilakukan sejak lama. Masyarakat paniai sudah punya pengalaman pilkada yang damai tanpa konflik berdarah, jika hari ini kehadiran keamanan negara untuk menciptakan kondisi pilkada yang damai maka pertanyaan siapa yang ingin mengacaukan pilkada 2018 di kabupaten paniai ?. Yang jelas masyarakat paniai sudah punya pengalaman pilkada damai dipilkada sebelumnya.

Jangan menjadikan pilkada kabupaten paniai sebagai megaproyek korupsi dengan dalil ancaman konflik pilkada 2018. Untuk menciptakan kondisi yang damai maka segerah tanggkap dan adili para pihak yang diduga pemicu konflik baik dari pihak penyelenggara maupun kandidat pilkada paniai tahun 2018 sebab merekalah yang paling berkepentingan dalam pesta demokrasi ini.

Pilkada tidak membawa orang ke surga, jabatan tidak akan memberikan jaminan seseorang masuk surga. Ingat nyawa tidak dijual di toko atau supermarket. Jangan mau dijadikan alat untuk sukseskan terwujudnya mega proyek korupsi dalam agenda pilkada paniai.

JIKA KABUPATEN PANIAI ADALAH WILAYAH PROPINSI PAPUA MAKA PJS. GUBERNUR PAPUA DAN ANGGOTA DPRP WAJIB MEMANTAU JALANNYA PILKADA PANIAI DAN SEGERAH TARIK MILITER DARI PANIAI DAN BIARKAN ANGGOTA KORAMIL DAN POLRES PANIAI YANG MENGAWASI JALANNYA PILKADA DAMAI DI PANIAI SEPERTI PILKADA SEBELUMNYA.

PJS. GUBERNUR PAPUA, POLDA PAPUA, DPRP DAN KPU PROPINSI PAPUA SEGERA BENTUK TIM ANTI KONFLIK PILKADA PANIAI (TAK-PILKADA PANIAI) DAN DITERJUNKAN KE PANIAI SEKARANG JUGA.

Pleno Sempat Ricuh, Dua Kandidat Lolos Putaran Berikut

OCTHO- Bertempat di gedung serba guna, Guest House Nabire, Sabtu (10/10), KPUD Kabupaten Nabire melakukan pleno sekaligus membacakan hasil pleno dalam menentukan calon bupati dan calon wakil bupati yang akan lolos pada putaran berikutnya.

Awalnya pleno penetapan ini di rencanakan di mulai pada pukul 15.30 wit, namun karena berbagai alasan, serta halangan, KPUD Nabire menundanya hingga pukul 18.00 wit. Ini sebuah kesalahan kecil yang sebenarnya tidak perlu di lakukan, mengigat agenda Negara yang sedang di kerjakan.

Setelah menunggu kesiapan, serta hasil kesepakatan KPUD Nabire berserta Eksekutif dalam hal ini penjabat Bupati Kabupaten Nabire, maka hasil pleno yang di susun dalam sebuah berita acara segera di bacakan oleh Ketua KPUD Nabire, Yusuf Kobepa, SH.

Ketika akan membacakan hasil pleno yang di susun dalam berita acara, sempat mendapat berbagai intruksi dari berbagai peserta, saksi, serta ketua tim kandidat yang mendapat undangan untuk hadir. Dan semua intruksi yang di berikan itu membuat KPUD Nabire harus berpikir ulang dalam penetapan calon kandidat yang akan lolos pada putaran berikutnya.

Intruksi yang membuat hadirin tersentak, bahkan kaget adalah yang datangnya dari masyarakat pesisir pantai, dimana meminta agar bupati dan wakil bupati haruslah putra daerah dari Nabire. “kami minta dengan hormat KPUD Nabire harus mengambil kebijkan, dimana menetukan serta menetapkan orang asli pesisir untuk duduk di kursi ini. Kalau tidak, kami akan boikot pilkada Nabire” demikian seruan singkat dari perwakilan masyarakat pesisr yang membacakan lima butir pernyataan.

Atas usulan Panwas Pilkada nabire, Martinus Makay SH, maka KPUD Nabire meminta waktu 10 menit kepada calon, hadirin serta undangan dalam menyelesaikan tuntutan serta pernyataan yang mereka lontarkan. “kami minta waktu kurang lebih 10 menit untuk menentukan hal ini, saya akan konsultasi dengan KPUD Provinsi dan KPU Pusat” ungkap Ketua KPUD Nabire Yusuf Kobepa, SH sembari meninggalkan ruangan pertemuan.

Ikuti Aturan

Setelah beberapa saat KPUD Nabire melakukan pembicaan yang mana sempat cukup alot juga, akhirnya waktu yang di tunggu-tunggu segera tiba juga. Dimana beberapa anggota KPUD bersama ketua telah mengambil tempat di depan, dan siap untuk membacakan hasil pleno yang telah mereka tetapkan.

Pada intinya KPUD Kabupaten Nabire tetap berprinsip, dimana akan mengikuti segala aturan yang telah di tetapkan oleh undang-udang. “kami KPUD sudah mengatakan, bahwa kami akan tetap berpegang pada aturan yang berlaku di Negara ini. Dan saya kira bapak/ibu yang hadir dalam ruangan ini telah mengerti hal itu” pungkas ketua KPUD Kabupaten Nabire sebelum membacakan hasil pleno.

Sesuai kesepakatan kami, maka dari KPUD Kabupaten Nabire tetap memutuskan untuk tetap mengikuti peraturan yang telah ada. “ dengan demikian, kami memutuskan untuk pasangan nomor urut 01 atas Isaias Douw dan Mesakh Magai dan Pasangan nomor urut 08 atas nama Ayub Kayame, dan Yosina Manuawarun untuk lolos pada putaran yang selanjutnya” tegas ketua KPUD Nabire, Yusuf Kobepa di iringi dentuman palu tanda persetujuan.

Walau mendapat berbagai tanggapan miring alis negative dari para saksi serta hadirin dari kandidat yang tidak lolos, namun keputusan KPUD tidak bisa di kembalikan lagi. “kalau mau gugat supaya keputusan KPUD di batalkan, silakan ajukan keberatan kepada Mahkama Konstitusi, tapi dengan syarat apa yang menjadi materi gugatan harus jelas”, pungkas ketua KPUD Nabire, ketika memberikan penjelasan kepada wartawan.

Dalam agenda KPUD Nabire, putaran dua akan berlangsung pada tanggal 30 November, itupun kalau tidak terhambat oleh berbagai hal. "putaran kedua bisa di pastikan tanggal 30 bulan depan, kita tunggu saja perkembangan selanjutnya," pungkas salah satu anggota KPUD Nabire.

Sampai berita ini di turunkan, masih banyak warga yang tidak tau kapan waktu pelaksanaan coblos putaran kedua. Kita tunggu saja, bagaimana jadi pilkada Nabire kedepan, semoga memberi manfaat untuk masyarakat akar rumput. Dan pemimpin terpilih nanti bisa mengarahkan Kabupaten Nabire untuk menjadi daerah yang lebih baik lagi.

Sumber Gambar: http://pogauokto.blogspot.com/2009/01/pilkada-nabire-tertunda-dosa-kpud.html





headerr