Tampilkan postingan dengan label CINTA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CINTA. Tampilkan semua postingan

Julian, Nasibmu Sungguh Malang (1)

Kisah nyata seorang anak Papua yang rela menggadaikan cinta, kasih sayang, dan pelukan hangat seorang Ibu dengan pendidikan. Sekarang jejak langkah, bahkan pusara sang ibu dan ayah yang ia cintai tak pernah di temui. Ia seperti hidup sendiri. Hidup tanpa siapa-siapa. Tangisan selalu menemani perjalanan hidupnya. Sungguh malang nasib anak ini.

OCTHO- BELASAN tahun silam lahir seorang bayi kecil. Ia di beri nama Julian oleh kedua orang tuanya. Bayi kecil ini sangat lucu. Ia sedikit imut dan ganteng. Kedua bola matanya bening. Hidungnya sedikit mancung. Bibirnya agak tebal. Ia lahir melengkapi kebahagiaan orang tuanya saat itu.

Julian lahir di sebuah kampung kecil. Terletak di daerah pegunungan Papua. Nama kampung itu adalah Mbamogo. Tepatnya kampung ini terletak di Kabupaten Intan Jaya. Sebuah daerah operasi baru yang di mekarkan dua tahun lalu oleh pemerintah.

Ayah Julian adalah seorang kepala suku. Seorang kepala suku di wajibkan untuk menikah lebih dari seorang istri. Ayah Julian menikahi sembilan orang istri, termasuk ibu Julian. Mereka hidup bahagia. Ayah Julian sangat berwibawa dalam mengendalikan kehidupan rumah tangga.

Julian memilki dua orang saudara perempuaan dan dua orang saudara laki-laki. Julian sendiri adalah anak bungsu. Kedua saudara perempuaan Julian telah berkeluarga. Sedangkan seorang saudara laki-laki yang kedua telah berpulang ke rumah bapak. Dan saudara laki-laki yang seorang lagi menjadi pekerja upahan di daerah Timika, Papua.

Kehidupan di kampung Mbamogo saat itu sangat menyenangkan. Ada dua gunung yang menjulang tinggi. Terdapat dua aliran sungai. Mengalir dengan derasnya. Air di sungai ini cukup jernih. Sungai dan Gunung adalah tempat bermain bagi Julian dan anak-anak di kampung itu.

Sungai di kampung Julian tidak sama dengan sungai di perkotaan yang telah tercemar limbah pabrik atau perusahaan. Mereka merawat sungai itu sebagai tempat kehidupan dan bermain. Gunung juga demikian. Ia di rawat dan di lestarikan semampunya.

Apa saja yang di inginkan Julian pasti terwujud. Mungkin bisa di maklumi karena ayah Julian adalah seorang kepala suku yang mempunyai segalanya. Julian sangat di sayangi oleh siapa saja, lebih-lebih oleh ayahnya sendiri.

Sejak kecil ia pandai berbicara menurut beberapa orang. Analisa katanya sangat tajam. Padahal saat itu ia belum memasuki jenjang pendidikan kanak-kanak.
Pada suatu waktu, Julian, Ibu, dan kedua saudara perempuaannya pergi memanen hasil di kebun. Kebun mereka tidak jauh dari rumah. Julian dengan sigapnya pernah berkomentar.

“Ibu, kasihaan yah, anak-anak yatim piatu yang telah kehilangan orang tua sejak kecil, bagaimana dengan kehidupan mereka nanti di hari esok.”

Sontak Ibu dan kedua sauara perempuaanya kaget. Mereka heran karena Julian kecil bisa berpikir sesuatu yang tak banyak orang pikirkan. Julian kecil telah memiliki semangat kemanusiaan yang tinggi.

Tutur katanya lebih mengarah kepada kepeduliaan kepada orang-orang yang tidak di kenalinya. Ia menunjukan semangat untuk mencintai dan peduli kepada orang lain yang tidak mampu. Ia mungkin kelak akan menjadi relawan kemanusiaan.

Julian kecil tumbuh menjadi anak yang cerdas, pintar dan manja. Ia di manja oleh siapa saja. Baik oleh ibunya, saudara-saudaranya, bahkan oleh masyarakat sekitar tempat ia tinggal. Julian seperti menjadi obat. Ia juga seperti menjadi “malaikat kecil” bagi setiap orang yang bersamanya. Ia tumbuh dengan penuh semangat dan bahagia.

Julian berumur empat tahun. Ia memilkii pergaulaan yang sangat luas. Ia bergaul dengan siapa saja. Ia tak memandang orang. Ia juga tak memandang latar belakang keluarga, status, bahkan agama sekalipun.

Tiba saatnya Julian berusaha memahami dunia sekitarnya. Namun tidak lengkap, jika Julian tak berusaha untuk mendapatkan pendidikan agar mengenal dunia yang belum pernah di kenalnya. Dunia globalisasi. Harapan itu ia pendam dalam hati. Tak ada seseoranpun yang tahu tentang harapan itu.

==============================================================================

HARAPAN Julian untuk menempuh pendidikan nampaknya akan terwujud. Sebuah yayasan membuka taman kanak-kanak di tempat Julian tinggal. Jaraknya sekitar 20KM dari tempat Julian. Jika berjalan kaki ke ketempat tersebut bisa mencapai delapan jam perjalanan.

Kebetulan kakak Julian yang saat itu sedang menjadi pembina asrama di yayasan dan sekolah tersebut. Ia mendaftarkan Julian untuk menjadi murid baru. Keinginan itu sebentar lagi akan terwujud. Keinginan untuk mengetahui perkembangan dunia yang nyata dan realistis.

Namun rasanya berat, ketika harus meninggalkan segalanya di kampung halaman. Mulai dari kemewaan hidup, alam yang indah sebagai anugerah pencipta, sahabat-sahabat, dan yang terakhir keluarga Julian sendiri.

Tekad yang kuat akhirnya menjadikan semua itu nyata. Julian pergi. Pergi meninggalkan semua kenangan indah di kampung halaman. Pergi meninggalkan cinta, kasih sayang, dan pelukan hangat semua orang yang ia cinta. Ia juga rela tidak mendapatkan kasih sayang, pelukan dan ciuman dari sang ibu.

Kepergiaanya Julian sepertinya membuat kampung Mbamogo muram. Ia pergi tanpa pamit secara resmi. Kesenangaan untuk mendapatkan pendidikan telah memaksanya untuk melupakaan semua kenangan indah di kampung halamannya.

Julian kecil pergi diantar langsung oleh ayah dan Ibunya. Julian sangat bahagia. Ia bahagia karena sebentar lagi mengenal dunia yang baru. Dunia yang belum pernah ia ketahui. Ia bahagia karena sebentar lagi mengenal dunia pendidikan. Dunia yang sebentar lagi akan mengubah segala pola pikirnya.

Julian tinggal di Asrama sambil menempuh pendidikan. Taman kanak-kanak Cenderawasih nama sekolahnya. Banyak suka duka yang ia alami. Ia di kenalkan pada dunia yang baru. Dunia yang tidak dia duga sebelumnya. Apakah ia tetap bertahan?….BERSAMBUNG





Cinta dan Ketidakpastian....

OCTHO- Sa cinta koe,
sa cinta koe bukan karena koe pintar,
koe hebat,
koe kaya raya
atau justru koe seorang superman

sa memang cinta koe,
cinta koe karena patut di cintai,
patut di kasihi,
patut di sayangi,

sa pu cinta ke koe berbeda,
berbeda dari yng lain,
dari mereka yng terpikat krn cantikmu,
parasmu yng elok,
tampanmu yng sungguh menggoda

sa pernah bilang,
sa juga pernah katakan,
bahwa tong pu cinta harus bertahan lama
harus jalan terus,
terus jalan
sampai semua tergapai,

aihhh,
su tra mungkin yahh????
koe selalu ingin sa sempurna,
ingin sa tra bersalah,
bahkan ingin sa menjadi seperti TUHAN

sangat tepat,
tepat bila kita pisah,
saling mejauhi,
saling melupakan,
bila perlu saling tak mengenal lagi

Tak ada guna ratapi semua ini,
lupakan,
biarkan,
ijinkan semua ini berlalu,
mungkin ini terbaik untukmu,
untukku,
dan tanah Papua yng tong cinta bersama ini

Villa Pemikiran, Asrama Anugerah
12 April 2010, Pukul 23.00 wit




headerr

Ketika Harus Mengambil Keputusan


Tragedi Malam Sabtu di Pantai Maf


OCTHO-
Mencintaimu dengan setulus hati, ungkapan dari segala ungkapan kata hati yang sebenarnya ingin aku sampaikan agar kau mengatahuinya. Aku ingin, agar kau selalu berada dalam bayang-bayang cinta dan kasih diriku. Betul-betul aku ingin mengatakan, bahwa kau memang tercipta untuk aku.

Ah, tapi semua sudah terlambat. Tidak mungkin waktu bisa di putar kembali. Waktu telah memberikan kita banyak pilihan, pilihan untuk memutuskan sesuatu, pilihan untuk “merubah” diri dan jalan hidup, serta waktu untuk hidup lebih baik lagi.

Sudah setahun lebih kita jalin hubungan, dan saat itu pula aku beranggapan kau salah satu dari sekian banyak “hati” yang pernah aku singgahi, yang akan memberikan ketenangan sepanjang hidupku. Memang berlebihan aku menilaimu, namun itu yang bisa aku simpulkan dari semua “pergulatan” batin ini.

Malam itu sepertinya sangat-sangat kelam, ketika kau dan beberapa temanmu harus menjebak aku, untuk menyatakan, untuk mengatakan, serta untuk menguji siapa diriku yang sebenarnya? Bagiku itu sangat baik, sangat-sangat baik, tapi cara itu sangat-sangat tidak manusiawi. Mungkin pantai Maf jadi saksi, siapa yang bersalah, dan siapa yang berdosa?

Ulah dari pada ketidakmanusiawi itu telah terbukti, aku harus mengambil keputusan, keputusan yang memang terlalu cepat. Aku menyesali, namun aku juga tidak menyesali karena itu setimpal dengan perbuataanmu, dan perbuataan teman-temanmu.

Kata-kata yang keluar dari mulut aku pada saat itu hanyalah lampiasaan amarah belaka, jangan di percayai, betul aku sekali lagi ingin katakan, jangan sekali-kali memercayai. Kalian semua adalah wanita-wanita Papua yang hebat, terbukti kalian cantik, baik, perhatian, serta sangat-sangat polos. Itu kelebihan kalian wanita Papua, dari pada wanita lain di dunia ini.

Waktu telah memberikan dirinya untuk aku memutuskan semua jalan itu, sukar, bahkan tidak akan bisa kembali lagi, walau bayang-bayang, serta kenangan masa lalu masih menghantui dirimu dan diriku. Kau mungkin telah memiliki banyak pria idola di luar sana, mungkin juga banyak pria yang telah mengidolakanmu, katakan, tegur, serta sapalah mereka, siapa tahu mereka orang terbaik, yang lebih baik dari diri aku.

Aku selalu bermimpi, dimana aku akan pergi, namun aku tidak tahu, dimana akan aku pergi. Pergi untuk masa depan, tanah Papua, serta pergi untuk “jalan hidup” yang lebih baik lagi. Dalam waktu rantauan itu, aku akan memutuskan, memilih serta menentukan arah dan jalan hidup yang baru lagi, termasuk memilih dan memutuskan siapa “kekasih” yang pantas menemani diriku.

Ulasan ini tidak bermaksud “membela diri”, tidak bermaksud ralat perkataan kotor yang keluar dari mulut aku saat itu, bahkan tidak bermaksud membuat ingat kembali semua kenangan-kenangan indah itu. Ini hanyalah bentuk apresiasi serta bentuk kepedulian diriku mengenal kau, dan kalian wanita-wanita Papua yang hebat.

Saya bukan pengecut, bahkan bukan penghianat. Tapi saya hanyalah manusia biasa, yang sedang hidup, untuk ikut, dengar, serta taat pada jalan hidup, bahkan serta suara kata hati. Takluk pada kata hati, takluk pada suara hati, keduanya untuk merubah hidup lebih baik lagi.

Ulasan ini saya tulis di larut malam, mengantuk, capek, bahkan jenuh itu sudah pasti. tapi rasanya telah terbebas, ketika unek-unek dari hati ini harus di salurkan, dimana tidak harus memikirkan serta tidak harus “menangisi” jalan hidup yang kadang tidak sesuai dengan ego dan mau kita.


Asrama Anugerah,
Pukul 22.30 Wit




headerr
Aku Mengasihi Kalian Semua (Happy Valentine Day)

Aku Mengasihi Kalian Semua (Happy Valentine Day)


OCTHO-
Hari ini tanggal 14 Februari 2010,
Valentine Day
coklat dan bunga
Sudah pasti bertaburan dimana-mana
warna pink menghiasi gerak-gerik
serta kado adalah perwujudannya.....

Kasih sayang di artikan dengan sebuah pemberiaan,
yah, memang bermakna dan seharusnya demikian
memaknai hidup,
memaknai diri
serta memaknai pikiran,
itulah tujuan akhir..........

Kasih sayang itu beragam,
mulai dari meresponi,
sampai pada mempraktekan,
hanya tekad dan kata hati yang bisa membedakan semua itu....

Harus kuakui,
bahwa masih banyak kesalahan yang telah aku perbuat,
sudah pasti itu bukan kasih sayang,
tapi itu sedang mendekatkan diri untuk menyangi kalian....

Hari ini kalau aku bisa bertemu dengan kalian,
aku ingin pegang tangan kalian,
menyalami bahkan mencium,
seraya mengatakan,
SELAMAT HARI KASIH SAYANG,

Namun semua itu tidak mungkin,
jarak dan waktu sudah pasti menjadi kendala,
lewat untaian kalimat yng di rangkum jadi puisi ini,
ingin menyatakan, bahwa kalian adalah orang2 hebat dalam diriku,
yang telah sedikit mengubah arah hidupku.....

AKU MENGASIHI KALIAN SEMUA,
HAPPY VALENTINE DAY


Nabire, 14 Februari 14;34 Wit





headerr

Anggrek Hitam Yang Buat sa Merana.....

OCTHO-Ida,
sa hanya mo bilang,
ko saja yang paling pangaruh,
buat sa pikiran trus

Ida,
sa hanya mo katakan,
trada siapa2 yang buat sa terpikat,
selain ko pu senyum

Ida,
Sa hanya mo kase tau,
kl ko waktu itu buat sa sukar pejamkan mata,
sa sungguh terbuai dlm kata2mu

Ida,
Sa hanya mo ucapkan,
Amakane, ko sirami sa pu hati yng sekian lama telah tandus,
Sa sukar lupakan semua itu,

Ida,
Sa hanya mo sampekan,
Sa senang dengan caramu,
Begitu penurut dan taat

Ida,
Sa hanya mau bisikan sesuatu,
Bahwa tra dha yng bisa sa berikan,
Selain CINTAKU yng telah terlanjur berharap,

Ida,
Sa hanya mau tangisi sesuatu,
Seraya mengatakan,
Mungkin jalan yng ko ambil begitu tepat

Ida sa mau ucapkan, bahwa ko
Telah kelabuhi,
Melupakan,
Serta
Melenyepkan segala harapan dan impian

Ida,
Sa tra tau bahkan tra ngerti,
Apa ko bahagia dengan dia?
Apa koe enjoy dengan dia?
Apa ko senang dengan dia?
Ato sebaliknya??

Ida,
Sungguh, sa tra tau
Sa hanya berharapn,
Koe dan dia bisa rasakan kebahagian,

Ida,
Dalam segala pikiran, tindakan, serta situasi,
Sa selalu mengatakan,
Pintu hatiku masih terbuka untuk dirimu,

Ida,
Sa juga mau bilang, serta berharap
benih cinta yng pernah sa tanam dlm beberapa hari,
bisa tumbuh, serta mekar kembali,
seraya buat koe belok kembali pada sa,

Ahhhh, Ida sehhh,
Anggrek Hitam dari pegunungan sana…


Numbay, 24 Juli 2009





headerr

Mubazirnya Cinta…......

OCTHO- Hanya kau dan aku di malam itu
Tawa candamu sedikit meyakinkanku
Omongan gombalmu sedikiit berbisik,
Bahwa memang kau tercipta untuku

Tiupan angin malan
Pancaran rembulan, serta
Hajatan bulan bintang semakin
Menjadi-jadi, seraya
Lebih memastikan lagi,
Bahwa memang kau dan aku
Akan menjadi Satu


Namun kadang
Hatiku tidak sepaham dengan
Segala arah pikiran,
Dan omongan gombalmu
Karena hati kecil selalu mengatakan
Bahwa kau, cinta, serta hazratmu
Sungguh sangat MUBAZIR…..


Tembok Berlin, Kabupaten Sorong 27 Juli 2009



headerr

Sa Mungkin Akan Berhenti Berjuang!!!!!!!

OCTHO- Sa baru sadar, ternyata sa pu jalan tuk dapatkan ko tidak selamanya lurus. Padahal selama ini sa berpikir, bahwa jalan ini mungkin akan selamanya tetap lurus terus, sa juga berpikir bahwa ko selamanya akan ikut dengan arah pikiran yang sa ambil. Karena apa sa bisa simpulkan itu, karena memang ko demikian penurut, hal ini sa simpulkan saat awal pertemuan kita.

Sekarang ini sa bingung, dimana telah sampai pada puncak sebuah kejenuhan. Sa jenuh untuk berjuang, jenuh untuk berusaha, bahkan sudah jenuh untuk meyakinkan ko, bahwa sa sungguh-sungguh sayang dengan ko.

Sa tidak tau, ko sadar kha tidak, melihat sa merenggek-renggek seperti anak kecil begini, Dimana begitu mengharapkan kasih sayangmu, begitu mengharapkan kejujuranmu, mengharapkan keterbukaanmu serta sebuah kepastian.

Dari arah pembicaraan beberapa kali di telepon, sebenarnya sudah bisa yakinkan sa, bahwa memang betul, ko begitu serius dengan sa, tapi sa bilang tidak, itu hanya penyamaran, supaya sa dan orang lain bilang bahwa memang ko betul-betul terima sa apa adanya, nyatanyakan tidak demikian??

Sa tau, cinta tu butuh pengorbanan, tapi bukankah tidak pantas berkorban sampai korbankan segala-galanya saat ini. Korbankan study, korban perasaan, korban materi, bahkan korban segala-galanya yang sa rasa tidak pantas dibahas disini.

Sa juga tau, cinta itu butuh kesetian. Tapi bukankah, kesetiaan yang sa ambil ini telah dan harus membuka mata hatimu, bahwa memang sa begitu serius dengan ko. Banyak yang bisa ko pandang, dan semua itu bukti besar kesetiaan sa padamu, bukti bahwa tidak ada orang lain yang sa harapakan, selain hanya ko.

Sa hanya berharap saja, koe bisa jelaskan semua ini padaku, apakah memang betul ko telah memiliki pujangga hati yng lain. Sa hanya sangat-sangat harap, koe jelaskan, dan sampaikan hal itu. Jujur, sa sangat senang jika koe sampaikan hal ini secara terus terang pada saya.

Ketika ko jelaskan semua ini, yakinklah bahwa sa tidak akan marah, tidak akan kecewa, bahkan tidak berpikir banyak tentang dirimu, sa hanya butuh sebuah kepastian, pastikan bahwa kau memang ingin tetap lanjut dengan sa, atau ingin lanjut dengan orang lain yang selama ini jadi bayangan dalam hidupmu.

Dalam beberapa waktu, sa pernah bilang ke sa pu teman-teman, bahwa memang betul, ko salah satu wanita yang buat sa pu mata buta. Hanya puas ketika memandang koe, hanya bahagia bahkan senang ketika memandang ko, bahkan sampai pada puncak sebuah pemikiran, sa pernah bertanya, apa benar ko telah tercipta untuk sa?

Tapi sa juga bingung, kenapa sa bisa simpulkan yang lebih-lebih. Padahal ko sendiri tidak pernah terlalu begitu berharap, bahkan membanggakanku, apalagi memujaku. Sa memang sadar, sa bukan orang penurut yang begitu curahkan semua hidup untuk menyelesaikan studi dengan baik, seperti yang ko harapkan.

Dan mungkin, kau salah satu yang benci dengan mereka yang suka bengkalaikan bangku studi untuk berbuat hal-hal lainnya, Sa saat itu su jelaskan ke koe, bahwa sa tidak ingin hidup sa di habiskan hanya untuk berbuat hal-hal kecil yang tidak ada gunanya untuk orang lain,

Tapi sa jua tidak tau, koe mengerti apa dari pembicaraa ini, sa tidak tau, koe paham apa dari pembicaraan ini. Dan sa piker apa yang ko bicarakan waktu itu seharusnya koe berterus padaku, katakan, sa tidak suka dengan jalan yang ko ambi, dan sa juga pasti akan ambil sikap tegas dari hal itu.

Tapi semua su berlanjut, tidak mungkin tong dua bisa putar waktu, dan keadaan saat itu untuk di renungkan kembali. Sa tidak ingin hidup sa di habiskan memikirkan hal-hal pribadi, yang sifatnya ego pribadi, sa juga tidak ingin semua di reka-reka ulang, untuk menghambat segala kegiatan yang sa jalani saat ini.

Sa akan berusaha untuk melupakan ko, walau belum ada putusan pasti dari ko terkait keberadaan hati saya yang selalu terapung-apung. Dan sa juga tetap berjalan, melanjutkan segala atkivitas dan kegaitan saya untuk membangkitkan, membangun, bahkan memampukan orang lain, yang tidak adalah tujuan hidup sa.

Ini mungkin curahan bagian terkecil dari harapan, tangisan, bahkan problem terkecil dari kehidupan saya. Semoga ko paham, semoga ko bisa ngerti, bahkan semoga ko bisa secepatnya ambil sebuah keputusan, sebuah keputusan yang mungkin menjadikan ko manusia yang betul-betul hidup.




headerr